VIVAnews - Satelit penelitian akan diterbangkan ke luar angkasa untuk menguji apakah kotoran manusia bisa digunakan untuk menjadi sumber energi di luar angkasa.
Proyek yang dipelopori oleh para ilmuwan dari Florida itu akan fokus pada penelitian terhadap bakteri yang dikenal dengan nama Shewanella, yang bisa mengkonversi kotoran manusia menjadi hidrogen, sehingga bisa digunakan untuk fuel cell.
"Ini adalah suatu potensi yang bisa digunakan untuk bisa mengolah kotoran untuk membangkitkan listrik pada setiap misi kemanusiaaan ke luar angkasa," kata Donald Platt, Program Director for Space Sciences, Florida Institute of Technology, seperti dikutip dari situs Discovery.
Oleh karenanya, para ilmuwan akan meneliti apakah mikroba itu bisa selamat dan bertahan hidup di lingkungan luar angkasa yang begitu keras. Tim akan meneliti ketahanan mikroba Shewanella, yang akan diterbangkan dengan eksperimen sekunder lain pada satelit milik PBB.
Satelit misi UNESCO, itu dijadwalkan akan meluncur tahun depan. Misi eksperimen sekunder lainnya adalah pengujian terhadap koloni mikroba lainnya untuk mengetahui apakah mereka bisa selamat untuk bermigrasi antara Bumi dengan Mars, atau sebaliknya.
Kedua percobaan ini semuanya dilakukan dalam satelit kontainer kecil, bernama CubeSat, yang beratnya hanya sekitar 2 pon atau sekitar 907 gram dan bentuknya seperti kubus dengan sisi-sisi sepanjang 4 inci atau 10 cm. Peluncuran satelit ini bekerja sama dengan pihak Rusia.
Rusia menyediakan roket peluncur dan sasis satelit UNESCOSat untuk menerbangkan CubeSat. Rusia mengusulkan misi edukasi PBB ini sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ke-50 kosmonot Yuri Gagarin, yang pada 12 April 1961, menjadi orang pertama yang berhasil mencapai luar angkasa.
Satelit UNESCOSat ini sebenarnya adalah sebuah kamera penginderaan jarak jauh, yang dioperasikan oleh para peneliti terutama dari berbagai negara berkembang di Afrika, Kepulauan Karibia dan negara-negara dunia ketiga lainnya.
UNESCOSat ini diharapkan bisa tetap mengorbit antara 3- 5 tahun. Adapun mikroba yang dibawa pada CubeSat dibekali dengan banyak makanan, yang akan habis dalam beberapa minggu. "Bila sesuatu terjadi, hal itu akan terjadi dengan cepat," kata Platt. Sebab, kata dia, di luar angkasa terdapat berbagai aspek unik.
"Kita tidak tahu apakah mikroba itu akan bisa hidup dan berkembang biak atau tidak. Pengujian di lab memang satu hal, tapi di luar angkasa akan terjadi banyak perubahan sistem biologis, baik itu yang baik, maupun yang buruk," katanya. (hs)
• VIVAnews
http://teknologi.vivanews.com/news/read/192260-satelit-peneliti-kotoran-manusia-di-antariksa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar