Senin, 31 Agustus 2009

Rancangan Gedung dan Serangan Bom

Rancangan Gedung dan Serangan Bom
Oleh : Dony I Pasaribu
Akses menuju plaza dilindungi oleh bollards dan bangku-bangku yang sekaligus berfungsi sebagai pelindung dari serangan bom bermobil.
    SENIN, 10 AGUSTUS 2009 | 16:18 WIB
    KOMPAS.com - Serangan terorisme dalam bentuk bom kembali terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta pada Jumat (17/7) pagi hingga memakan korban jiwa dan luka-luka.

    Penulis ikut merasa prihatin dan berduka sedalam-dalamnya atas kejadian tersebut. Apa mau dikata, serangan terorisme masih menjadi ancaman amat nyata bagi kita di Indonesia.

    Serangan bom sering kali, atau bahkan mungkin selalu, menjadikan gedung sebagai sasaran. Tentu saja dengan maksud membahayakan hingga membunuh sebanyak mungkin penghuni gedung sasaran. Semua sasaran serangan terorisme akhir-akhir ini di Indonesia adalah gedung publik komersial yang dipadati pengunjung. Akibatnya memang sangat fatal, yaitu korban jiwa dan luka-luka.

    Mengingat begitu banyaknya serangan bom yang menimpa gedung, bagaimana desain bangunan menanggapi hal tersebut?

    Tanggapan dalam bentuk desain adalah upaya-upaya meminimalkan kemungkinan suatu gedung menjadi sasaran serangan bom serta mengurangi dampak kerusakan dan bahaya terhadap penghuni akibat ledakan. Desain sendiri tidak bisa mencegah suatu bangunan menjadi sasaran serangan. Desain adalah bentuk pertahanan pasif.

    Amerika Serikat, terutama sejak serangan 9/11, telah menetapkan standar antiterorisme pada gedung federal yang dianggap sasaran utama serangan teroris. Berat atau ringannya standar yang diterapkan disesuaikan dengan sensitivitas gedung federal tersebut. Standar antiterorisme adalah syarat mutlak suatu gedung federal.

    Pada kasus kita di Indonesia, selama ini serangan teroris dalam bentuk bom hampir selalu menimpa gedung umum komersial, terutama yang dianggap melayani banyak orang asing. Apakah kita harus menetapkan standar antiterorisme pada gedung umum komersial demi mengurangi bahaya akibat ledakan?

    Rasanya hal ini tidak mungkin dilakukan, mengingat begitu luasnya cakupan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk hal ini. Apalagi dalam kasus serangan terakhir ledakan berasal dari dalam gedung dan tidak ada yang bisa dilakukan pada desain untuk benar-benar mencegah bahan peledak masuk ke gedung bersama pelakunya.

    Meski demikian, ada beberapa hal yang bisa diterapkan bersamaan dan bisa menjadi pertimbangan desain bagi pihak-pihak terkait.

    Pertama adalah jarak bebas dan ruang terbuka sekeliling bangunan.

    Jarak bebas adalah jarak minimal antara gedung dengan jalan kendaraan bermotor dan parkir. Dengan demikian, gedung memiliki daerah penyangga untuk meminimalkan serangan dari kendaraan bermotor. Penempatan daerah servis, seperti bak sampah, juga harus dipertimbangkan jaraknya terhadap bangunan.

    Hampir pasti setiap gedung memerlukan area turun-naik penumpang (drop off) dan area bongkar muat barang (loading dock). Apabila area-area ini mutlak harus bersentuhan langsung dengan gedung, mau tidak mau pemeriksaan terhadap kendaraan yang akan memasuki area ini harus diperketat. Akses langsung terhadap gedung ini juga harus menjadi tempat larangan parkir.

    Ruang terbuka di sekeliling gedung dimaksudkan untuk menghindari atau meminimalkan adanya obyek yang dapat dijadikan tempat menyembunyikan bom. Obyek yang dimaksud bisa berupa lanskap dan fiturnya, peralatan mekanis-elektris pendukung gedung, dan bak sampah.

    Kedua, mencegah keruntuhan struktur secara beruntun.

    Struktur bangunan, terutama untuk gedung berlantai lebih dari tiga, dirancang sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kegagalan struktur pada suatu area akibat ledakan bom tidak akan merembet ke bagian struktur yang lain. Dengan demikian, kegagalan struktur secara total pada seluruh gedung dapat dihindari.

    Ketiga, hindari membuat bagian gedung terhuni dalam bentuk kantilever (bagian gedung yang pendukungnya hanya pada satu ujungnya-Red).

    Ledakan bom memberikan gaya angkat terhadap kantilever yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan fatal pada bagian gedung tersebut.

    Eksterior

    Pertimbangan keempat yang dapat menjadi pertimbangan adalah perkuatan rangka eksterior, seperti pintu, jendela,curtain wall, dan kaca.

    Pada suatu ledakan bom, sering kali yang menjadi bahaya bagi manusia adalah serpihan bagian gedung yang beterbangan akibat tekanan ledakan. Rangka pintu dan jendela dapat terlepas dan menjadi proyektil yang amat berbahaya. Demikian juga pecahan kaca yang beterbangan.

    Rangka-rangka eksterior dapat diperkuat sehingga tidak terlepas saat terjadi ledakan. Kaca bisa dilapisi satu lapisan khusus yang menjaga agar pecahan kaca tidak beterbangan. Cara lain yang lebih ekonomis bisa dilakukan dengan memasang tirai khusus di belakang jendela/kaca yang menahan pecahan kaca agar tidak terbang ke dalam bangunan.

    Perabotan interior juga dapat menjadi proyektil saat terjadi ledakan. Tetapi, hampir tidak ada yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak bahaya dari perabotan/interior apabila ledakan terjadi di dalam gedung.

    Kelima adalah mengamankan akses gedung melalui area servis.

    Akses ke dalam gedung, seperti atap, ruang mesin lift, dan masukan udara, harus diamankan untuk mencegah penyusupan.

    Sekali lagi, desain tidak dapat mencegah suatu gedung menjadi sasaran serangan teroris berbentuk bom. Yang dapat dilakukan adalah meminimalkan dampak apabila serangan terjadi.

    Penerapan langkah-langkah di atas memerlukan biaya cukup signifikan. Namun, mengingat sudah sekian sering terjadi serangan bom oleh teroris di Indonesia, ada baiknya pihak pemilik gedung, baik yang sudah ada maupun yang akan dibangun, mulai memikirkan faktor antiterorisme pada desain. (Dony I Pasaribu Arsitek; terlibat dalam perencanaan proyek-proyek gedung berstandar antiterorisme di Amerika Serikat).



    Sumber : Kompas Cetak

    http://properti.kompas.com/read/xml/2009/08/10/16184138/rancangan.gedung.dan.serangan.bom

    Discovery Tiba di Stasiun Antariksa

    Discovery Tiba di Stasiun Antariksa
    Pesawat ulang alik Discovery saat mendekati ISS (International Space Station).


    SENIN, 31 AGUSTUS 2009 | 14:13 WIB

    CAPE CANAVERAL, KOMPAS.com — Pesawat ulang alik Discovery akhirnya bergabung dengan stasiun antariksa internasional (ISS) pada Minggu malam waktu Florida atau Senin pagi WIB. Discovery membawa berbagai peralatan dan perbekalan baru untuk stasiun itu.

    Penggabungan terjadi sekitar 320 kilometer di atas Samudra Atlantik setelah pesawat mengelilingi Bumi menuju orbitnya sejak diluncurkan pada Sabtu lalu. Para astronot pun bersorak saat pintu penghubung terbuka. Mereka lalu saling bersalaman dan berpelukan dengan penghuni stasiun antariksa.

    Proses penyatuan pesawat dengan stasiun ini cukup mendebarkan karena sebelumnya ada kerusakan pada salah satu jet pendorong kecil. Akibatnya, komandan Rick Sturckow harus menggunakan pendorong yang lebih besar dan kuat untuk mengarahkan Discovery saat akan bergabung dengan ISS. Penggunaan pendorong besar ini membuat proses penggabungan menjadi lebih kasar dan berisik.

    Meski belum pernah digunakan untuk penggabungan dengan ISS, Struckow telah menerima pelatihan metode ini sebelum penerbangan. Atas keberhasilannya, Pusat Pengendali mengucapkan selamat kepada komandan misi itu. "Anda akan bangga bila tahu bahwa hal tersebut terjadi tepat pada ulang tahun ke-25 penerbangan Discovery," ujar Pengendali Misi.

    Discovery bersama tujuh awaknya membawa banyak perlengkapan, termasuk alat treadmill yang dinamai Stephen Colbert, tokoh Comedy Central. Pesawat juga membawa calon penghuni baru ISS, Nicole Stott, yang akan berada di sana hingga pesawat lain menjemputnya, November mendatang.


    WSN

    http://sains.kompas.com/read/xml/2009/08/31/14131252/discovery.tiba.di.stasiun.antariksa........

    Pesawat ulang-alik Discovery

    Pesawat Ulang-alik Siap Menyatu dengan Stasiun Ruang Angkasa
    Pesawat ulang alik Discovery saat mendekati ISS (International Space Station).

      SENIN, 31 AGUSTUS 2009 | 09:19 WIB

      CAPE CANAVERAL, KOMPAS.com — Pesawat ulang-alik Discovery dengan tujuh awaknya bersiap untuk menyatu dengan stasiun ruang angkasa internasional, Minggu (30/8). Sementara pemeriksaan terhadap pesawat terus berlangsung.

      Pesawat dengan komandan Rick Sturckow ini dijadwalkan bergabung dengan stasiun ruang angkasa internasional (ISS) pada Senin pagi waktu Indonesia.

      Saat peluncuran, Sabtu lalu, memang tidak terdeteksi serpihan seperti terjadi pada Endeavour beberapa waktu lalu.

      Pilot Kevin Ford dan spesialis misi Patrick Forrester dan Jose Hernandez menggunakan alat Orbiter Boom Sensor System yang panjangnya sekitar 16 meter, yang melekat pada tangan robot, melakukan pemeriksaan bagian kanan dan kiri sayap pesawat serta ujung hidung pesawat.

      Pemeriksaan dilakukan dengan laser dan kamera yang dilekatkan pada tangan robot, citranya dikirim ke stasiun bumi untuk dianalisis. Beberapa citra tertahan karena ada masalah teknis pada pengirim citra.

      ”Tak ada yang hal aneh yang terlihat,” ujar Direktur Penerbangan Tony Ceccacci. Sesaat sebelum bergabung, bagian bawah Discovery akan difoto dengan teliti oleh awak ISS.

      Enam tahun lalu Columbia jatuh akibat sebuah lubang di bagian bawah sayap. Sejak itu, pihak Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) selalu secara teliti memeriksa apakah ada indikasi terjadi kerusakan setelah peluncuran.

      Sementara itu, spesialis misi Danny Olivas, Christer Fuglesang (asal Swedia), serta Nicole Stott telah menyelesaikan pemeriksaan baju ruang angkasa yang akan digunakan untuk tiga kali berjalan di angkasa luar saat proses penggabungan. Pemeriksaan baju itu berlangsung dua jam.

      Kru lainnya melakukan persiapan pendaratan, di antaranya memeriksa semua alat yang akan digunakan selama misi bersama.

      Terdapat sedikit masalah kebocoran pada propulsi (mesin penggerak berukuran kecil (thruster). Para awak lalu diminta menutup propulsi tersebut dan propulsi lainnya di bagian hidung sampai misi selesai. Sejumlah pejabat mengatakan, hal itu tidak akan berdampak pada misi yang dijalankan.

      8.500 kilogram

      Discovery akan memasang alat treadmill yang dinamai sesuai dengan nama artis Stephen Colbert. Alat ini dipasang guna melengkapi ruangan latihan fisik. Bobot seluruh suplai barang-barang yang dibawa Discovery mencapai 8.500 kilogram.

      Ada enam tikus yang akan ditinggal selama tiga bulan di ISS untuk penelitian penyusutan tulang. Nicole Stott akan menggantikan seorang astronot yang sudah tinggal di orbit lebih dari sebulan.

      Pemindahan suplai akan dilakukan alat yang disebut Leonardo Multipurpose Logistics Module (MPLM). Alat ini berupamoving van bertekanan tinggi yang akan dipasang sementara ke ISS selama pemindahan suplai barang, antara lain rak penelitian iptek, pendingin untuk menyimpan sampel penelitian, kompartemen untuk tidur yang baru, serta alattreadmill yang bernama Combined Operational Load Bearing External Resistance Treadmill (COLBERT). COLBERT akan dipasang pada pertengahan September setelah para awak selesai dengan misi mereka ini. Misi ini akan berlangsung selama 13 hari. (ISW)

      http://sains.kompas.com/read/xml/2009/08/31/09195482/pesawat.ulang-alik.siap.menyatu.dengan.stasiun.ruang.angkasa



      Sumber : AP

      Teleskop Terbesar di Dunia

      China-AS Ciptakan Teleskop Terbesar di Dunia
      SABTU, 29 AGUSTUS 2009 | 10:32 WIB

      SHANGHAI, KOMPAS.com — Para astronom China dan Amerika Serikat mungkin akan bekerja sama dalam pembangunan teleskop terbesar di dunia yang ditujukan untuk memberikan penglihatan lebih dalam ke tahap sangat awal dari alam semesta. Demikian laporan kantor beritaXinhua, Jumat (28/8).

      Teleskop 30 meter atau TMT (Thirty-Meter-Telescope) yang disusun dan dipimpin oleh Universitas California dan Institut Teknologi California (Caltech) itu diperkirakan rampung pada 2019. Demikian kantor berita resmi China itu menjelaskan.

      "Itu adalah usaha yang besar dan akan menentukan masa depan astronomi dan astrofisika selama antara 60 dan 70 tahun, jadi itu akan secara otomatis melibatkan masyarakat internasional," kata pemimpin Caltech, Jean-Lou Chameau, dalam wawancara dengan Xinhua.

      Xinhua membeberkan kabar dari universitas tersebut, dan Caltech telah berbicara dengan sejumlah astronom dan ilmuwan China mengenai kerja sama pendanaan dan teknologi, meskipun belum ada keputusan akhir yang dibuat. Kanada dan Jepang telah mencatatkan diri untuk ikut dalam proyek yang memerlukan total pembiayaan 1 miliar dollar AS itu.

      Teleskop dengan kaca berdiameter 30 meter tersebut akan memiliki kemampuan untuk memperoleh pemandangan paling cepat tentang alam semesta, serta mengambil citra Bimasakti dan bintang-bintang yang terbentuk sejauh 13 miliar tahun cahaya. Teleskop itu akan ditempatkan di puncak Mauna Kea, Hawaii.


      ONO
      Sumber : ANT

      http://sains.kompas.com/read/xml/2009/08/29/1032275/china-as.ciptakan.teleskop.terbesar.di.dunia

      Sabtu, 29 Agustus 2009

      Laboratorium Black Box

      Jumat, 28/08/2009 13:49 WIB
      Laboratorium Black Box untuk Harga Diri Bangsa
      Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

      Black box (Foto: M Taufiqqurahman/detikcom)
      Jakarta - Flight Recorder (FR) atau yang lebih umum dikenal dengan nama black box (BB) pada kecelakaan pesawat menjadi barang yang penting. Black box ini yang akan memberikan informasi tentang kondisi pesawat dan peristiwa yang terjadi di dalam pesawat lewat suara, pada jelang terjadinya kecelakaan.

      Menurut Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi, biasanya, black box pesawat Indonesia yang mengalami kecelakaan akan dikirim ke luar negeri semisal Singapura dan negera sahabat lainnya.

      "Biasanya akan kita kirim untuk biasa dibaca. Hal ini dilakukan karena dulunya kita belum punya laboratorium black box," ujar Tatang kepada
      detikcom, saat ditemui di Departemen Perhubungan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (27/8/2009).

      Namun saat ini, lanjut Tatang, Indonesia boleh berbangga karena telah mempunyai laboratorium black box sendiri.

      "Setelah 59 tahun dalam sejarah penerbangan kita. Kita juga tidak mau dapur kita dilihat oleh negara-negera lain," kata pria yang berpangkat Marsekal Muda (Purn)ini.

      Tatang menjelaskan, meski saat ini FR Indonesia masih sangat sederhana, namun mempunyai arti penting bagi bangsa Indonesia.

      "Ini tentang harga diri bangsa, masa mau minta-minta ke Singapura? Kita ingin menjadi cermin pemerintah kita bertanggung atas kecelakaan di Indonesia," tegasnya.

      Pembelian peralatan pada laboratorium black box menelan biaya sebanyak US$ 250 ribu, yang didapatkan dari permintaan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal ke DPR Komisi V pada tahun 2008 lalu.

      "Punya Australia jauh lebih mahal dan canggih. Harga peralatan mereka mencapai 8 juta Dollar Amerika. Namun saya tidak menghitung harga, tapi harga diri bangsa," sebutnya.

      Pada kesempatan itu, Kepala Laboratorium Black Box, Nugroho Budi sempat memperlihatkan cara kerja dari alat tersebut. Dari kotak Flight Recorder, didapatkan dua rekaman yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR).

      "CVR ini akan di transfer menjadi data suara yang terjadi di dalam kokpit, seperti percakapan pilot, pramugari, suara mesin. FDR sendiri akan menampilkan gambar animasi pesawat sebelum mengalami kecelakaan," tuturnya.

      Proses transfer data pun tidak begitu lama dilakukan dari FR ke komputer. "Hanya butuh satu jam saja, kita sudah tahu hasilnya,"pungkasnya.

      (fiq/irw)

      Kamis, 27 Agustus 2009

      Cuaca Ekstrem di Indonesia

      Cuaca Ekstrem di Indonesia Mulai Besok
      Ilustrasi


      KAMIS, 27 AGUSTUS 2009 | 22:42 WIB

      JAKARTA, KOMPAS.com — Kondisi cuaca ekstrem berpotensi terjadi di wilayah Indonesia mulai 28 hingga 30 Agustus. Potensi itu terlihat dari masih adanya aktivitas daerah tekanan rendah di Samudra Pasifik sebelah utara Papua dan daerah pumpunan angin yang memanjang dari Sumatera bagian tengah, Laut Natuna, Laut China Selatan hingga Samudra Pasifik sebelah timur Filipina.

      Faktor lainnya adalah masih hangatnya suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia sebelah utara khatulistiwa. Selain itu, kelembapan udara di wilayah Indonesia bagian utara dan di sekitar ekuator cukup tinggi.

      Kondisi tersebut mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia, terutama wilayah Indonesia bagian utara dan sekitar ekuator. Adanya aktivitas konvektif yang merupakan aktivitas atmosfer berskala lokal di sebagian wilayah Indonesia juga perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir dalam waktu yang tidak terlalu lama.

      Wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang adalah pesisir barat Sumatera; Sumatera bagian utara dan tengah, Kalimantan Timur bagian utara dan timur; Kalimantan Barat; Jawa bagian barat; Sulawesi bagian utara, barat, dan tengah. Kondisi cuaca yang sama juga berpotensi terjadi di Maluku bagian utara, Papua Barat, Papua tengah, serta Papua timur bagian utara.

      Planet Spiralling

      Planet Spiralling into Star
      This artist's impression depicts an exoplanet similar to the newly discovered WASP-18b. As seen from the planet, the host star spans an angle of more than 30 and hovers menacingly at a fixed position in the sky. C.
        THURSDAY, 27 AUGUST 2009 | 10:27 PM

        WASHINGTON, KOMPAS.com – Astronomers have found what appears to be a gigantic suicidal planet.

        The odd, fiery planet is so close to its star and so large that it is triggering tremendous plasma tides on the star. Those powerful tides are in turn warping the planet's zippy less-than-a-day orbit around its star.

        The result: an ever-closer tango of death, with the planet eventually spiraling into the star.

        It's a slow death. The planet WASP-18b has maybe a million years to live, said planet discoverer Coel Hellier, a professor of astrophysics at the Keele University in England. Hellier's report on the suicidal planet is in Thursday's issue of the journal Nature.

        "It's causing its own destruction by creating these tides," Hellier said.

        The star is called WASP-18 and the planet is WASP-18b because of the Wide Angle Search for Planets team that found them.

        The planet circles a star that is in the constellation Phoenix and is about 325 light-years away from Earth, which means it is in our galactic neighborhood. A light-year is about 5.8 trillion miles.

        The planet is 1.9 million miles from its star, 1/50th of the distance between Earth and the sun, our star. And because of that the temperature is about 3,800 degrees.

        Its size — 10 times bigger than Jupiter — and its proximity to its star make it likely to die, Hellier said.

        Think of how the distant moon pulls Earth's oceans to form twice-daily tides. The effect the odd planet has on its star is thousands of times stronger, Hellier said. The star's tidal bulge of plasma may extend hundreds of miles, he said.

        Like most planets outside our solar system, this planet was not seen directly by a telescope. Astronomers found it by seeing dips in light from the star every time the planet came between the star and Earth.

        So far astronomers have found more than 370 planets outside the solar system. This one is "yet another weird one in the exoplanet menagerie," said planet specialist Alan Boss of the Carnegie Institution of Washington.

        It's so unusual to find a suicidal planet that University of Maryland astronomer Douglas Hamilton questioned whether there was another explanation. While it is likely that this is a suicidal planet, Hamilton said it is also possible that some basic physics calculations that all astronomers rely on could be dead wrong.

        The answer will become apparent in less than a decade if the planet seems to be further in a death spiral, he said.


        Sumber : AP
        http://english.kompas.com/read/xml/2009/08/27/22273381/Planet.Spiralling.into.Star

        Boeing 787

        Aircraft profile: Boeing 787

        Aircraft profile: Boeing 787

        The 210-330-seat Boeing 787 is aimed at a potential replacement market for the Boeing 767, Airbus A300-600 and A330-200/-300, estimated at more than 3,500 medium-range airliners. Three versions of the 787 have been approved: The 210-250-passenger 787-8, with a range of 15,700km, 787-9, carrying up to 290 passengers up to 16,300km and the 330-seat, 6,500km range 787-3.


        Powered by two 55,000lb – 70,000lb thrust engines from General Electric and Rolls-Royce. GE is developing the new GEnX, Rolls-Royce the Trent 1000. Boeing claims a 20 per cent fuel burn advantage for the 787 over the 767 and an increased cruising speed of Mach 0.85.


        A range of new technologies are being incorporated into the Boeing 787. At least half of its primary structure will be built from composite materials, more than any other airliner.


        History

        The 787 programme came out of the 7E7 study for a conventional aircraft to replace the original Sonic Cruiser programme after Boeing decided it was over-ambitious. Board approval for the Boeing 787 came in late 2003 with full launch and a record order for 50 aircraft from All Nippon Airways. Since then 58 airlines have ordered 896 Boeing 787s, making it the most successful aircraft launch in Boeing’s history.


        Principal Dimensions
        Overall length: 57 m
        Height: 17 m
        Fuselage Diameter: 5.91m
        Cabin width: 5.49 m
        Wingspan: 60 m
        Weights
        Maximum takeoff weight: 219,540 kg
        Empty weight: 110,000 kg
        Speeds
        Normal cruise: 902 km/h at 40,000 ft
        Max cruise: 945 km/h at 40,000 ft
        Engine
        Category Turbofan
        Max thrust 63600 lb
        Performance
        Range: 14,200 - 15,200 km
        Passenger capacity: 210 to 250
        Maximum Fuel Capacity: 126,903 L
        Service Ceiling: 43,000 ft
        Maximum Thrust Capability: 285 kN

        http://www.flightglobal.com/landingpage/boeing%20787.html

        Saffir-Simpson Scale

        Category: News Author : AHN Posted: August 6, 2009
        Tags : ,

        Hurricane Felicia Headed Directly For Hawaii


        hurricane-felicia

        Los Angeles, CA (AHN) - The latest update from the National Hurricane Center puts Hurricane Felicia on a direct course for the Big Island, with the eye of the storm making landfall at 5 a.m. on Tuesday morning.

        Felicia is still a Category 4 storm, with sustained wind speeds of 140 miles per hour (220 km/hr). Moving at 10 mph, the storm is about 1,545 miles east of Hilo, Hawaii.

        The storm is likely to speed up as it moves west across the Pacific Ocean, but will weaken in intensity, according to meteorologists.

        A Category 4 storm is the second strongest weather system on the Saffir-Simpson Scale. Hurricane Katrina was a Category 3 storm when it made landfall in Louisiana in 2005; the storm killed over 1,800 people and did about $81.2 billion in damage. Hurricane Andrew was a Category 5 storm when it made landfall in South Florida in 1992; the storm killed 26 people and caused $26.5 billion in damage.

        http://www.inquisitr.com/32313/hurricane-felicia-headed-directly-for-hawaii/

        Rabu, 26 Agustus 2009

        Peringatan Topan

        Category: News Author : Paul Short Posted: August 15, 2009
        Tags : , , ,

        Tropical Storm Ana Strengthening - Heading for Florida


        Tropical storm Ana, which was nothing more than a regular storm a few days ago, is now picking up steam in the Caribbean and is heading for Florida, with the edge of the storm expected to make landfall around noon Tuesday according to the weather map below.

        Tropical Storm Ana weather map

        According to a National Weather Service advisory issued at 11am AST Saturday, Tropical Storm Ana is moving at about 16kph in a west-northwest path and has sustained winds of about 40mph, or 65kph.

        AT 1100 AM AST…1500 UTC…THE CENTER OF TROPICAL STORM ANA WAS LOCATED NEAR LATITUDE 14.3 NORTH…LONGITUDE 48.3 WEST OR ABOUT 920 MILES…1480 KM…EAST OF THE LEEWARD ISLANDS.

        ANA IS MOVING TOWARD THE WEST NEAR 16 MPH…26 KM/HR. A TURN TOWARD THE WEST-NORTHWEST IS EXPECTED DURING THE NEXT COUPLE OF DAYS. THIS MOTION COULD BRING THE CENTER OF ANA NEAR THE LEEWARD ISLANDS ON MONDAY.

        MAXIMUM SUSTAINED WINDS ARE NEAR 40 MPH…65 KM/HR…WITH HIGHER GUSTS. SOME SLOW STRENGTHENING IS FORECAST DURING THE NEXT 48 HOURS.

        TROPICAL STORM FORCE WINDS EXTEND OUTWARD UP TO 70 MILES…110 KM FROM THE CENTER.

        ESTIMATED MINIMUM CENTRAL PRESSURE IS 1005 MB…29.68 INCHES.

        …SUMMARY OF 1100 AM AST INFORMATION…
        LOCATION…14.3N 48.3W
        MAXIMUM SUSTAINED WINDS…40 MPH
        PRESENT MOVEMENT…WEST OR 270 DEGREES AT 16 MPH
        MINIMUM CENTRAL PRESSURE…1005 MB

        You can keep an eye on tropical storm Ana by visiting the National Weather Service at this link.

        Map courtesy: Florida Sun-Sentinel

        http://www.inquisitr.com/33300/tropical-storm-ana-strengthening-heading-for-florida/

        El Nino Modoki

        El Nino Modoki Fenomena Baru
        SENIN, 24 AGUSTUS 2009 | 08:12 WIB

        JAKARTA, KOMPAS.com — Fenomena El Nino atau menghangatnya suhu muka laut di Samudra Pasifik mulai menggejala akhir Mei lalu dan cenderung menguat pada bulan ini. Namun, melihat pola dan lokasi ”kolam panas”—areal permukaan laut yang menghangat—ada kecenderungan versi baru El Nino yang disebut El Nino Modoki.

        Hal ini diungkapkan pakar cuaca dari Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (TISDA-BPPT), Fadli Syamsuddin, Jumat (21/8), melalui SMS. ”Ada kecenderungan anomali mengarah ke El Nino Modoki. Untuk memastikan, harus melihat kondisi terakhir,” ujarnya.

        El Nino yang umumnya ditandai terjadinya anomali suhu muka laut di kawasan khatulistiwa di Samudra Pasifik disebut kolam panas. Hal ini mengakibatkan suplai uap air tinggi di kawasan Peru sehingga mengakibatkan banyak hujan di wilayah itu, sebaliknya kekeringan di wilayah Asia, terutama Indonesia.

        Berbeda dengan El Nino, munculnya Modoki, bahasa Jepang, yang berarti ”serupa tapi berbeda”, ditunjukkan oleh adanya ”kolam panas” yang terkonsentrasi hanya di bagian tengah Samudra Pasifik. Bagian timur dan barat Pasifik tetap dingin.

        Kondisi ini menyebabkan rendahnya suplai uap air atau terbentuknya awan hujan di Peru dan di timur Indonesia. Sejauh ini dari riset yang dilakukan peneliti Badan Riset Kelautan Jepang (Jamstec), wilayah Indonesia belum banyak diteliti. Fenomena ini juga baru dipublikasikan pada 2004 oleh peneliti Jamstec, tutur Fadli, yang meraih doktornya di Jepang.

        Riset El Nino Modoki juga dilakukan peneliti dari Georgia Institute of Technology. ”Umumnya, El Nino menyebabkan menurunnya kejadian badai di Atlantik. Namun, tipe baru ini justru meningkatkan badai,” ujar Peter Webster, guru besar di Georgia Tech’s School of Earth and Atmospheric Sciences.

        Menurut penelitian Webster yang muncul pada Jurnal Science edisi Juli lalu, El Nino Modoki lebih mudah diprediksi dibandingkan dengan El Nino. El Nino berubah menjadi Modoki oleh osilasi alami El Nino atau merupakan respons El Nino terhadap menghangatnya atmosfer atau karena La Nina mengubah struktur El Nino. (YUN)



        Sumber : KOMPAS

        http://sains.kompas.com/read/xml/2009/08/24/08124679/el.nino.modoki.fenomena.baru

        Pembangkit Listrik Alternatif

        Bukan Mimpi, Pembangkit Listrik
        di Orbit Bumi
        Ilustrasi satelit Iridium di orbit Bumi. Satelit yang mengalami tabrakan dengan satelit Russia merupakan salah satu dari jaringan 65 satelit Iridium yang melayani sambungan telepon portabel untuk 300.000 pengguna di AS.

          KAMIS, 16 APRIL 2009 | 16:33 WIB

          WASHINGTON, KOMPAS.com — Sebuah perusahaan energi di AS tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Matahari (PLTM) yang akan ditempatkan di satelit yang mengorbit Bumi. Cara tersebut akan efektif karena pemanfaatan sinar Matahari bisa dilakukan 24 jam tak perlu tergantung cuaca dan perubahan siang malam.

          Desain pembangkit listrik berbasis satelit tersebut saat ini tengah dirancang Solaren Corp. Satelit tersebut akan membawa rangkaian sel surya yang membentang hingga beberapa kilometer dan ditempatkan di ketinggian 40.000 kilometer.

          Sel-sel surya akan mengumpulkan panas Matahari yang selanjutnya akan diubah menjadi gelombang radio. Gelombang radio tersebut lalu dipancarkan ke stasiun-stasiun penerima di permukaan Bumi. Di stasiun-stasiun tersebut, gelombang radio dikonversi lagi kali ini menjadi energi listrik yang akan dialirkan ke jaringan listrik.

          Solaren telah mendapat kontrak dari Pacific Gas & Electric (PG&E), perusahaan listrik di California untuk memasok 200 megawatt dari pembangkit tersebut yang cukup untuk 250.000 pelanggan. Jika berjalan lancar, pembangkit tersebut mulai beroperasi tahun 2016.

          Saat ini, tengah dipersiapkan pusat stasiun penerima di Fresno County, California. Wilayah tersebut cukup jauh dari permukiman sehingga tak mengganggu kesehatan manusia. Selain itu, hal itu lebih ekonomis karena lokasinya dekat dengan jaringan listrik nasional dan tak sejauh lokasi PLTM yang umumnya dibangun pada daerah terpencil di gurun.

          "Meski sistem dengan ukuran sebesar ini dan konfigurasi eksaknya belum pernah dibuat, teknologi pendukungnya sangat matang dan berbasis teknologi satelit komunikasi," ujar Gary Spirnak, CEO Solaren Corp. Ia mengatakan proyek tersebut bakal menghabiskan dana sekitar 2 miliar dollar AS.

          Pengembangan pembangkit listrik tenaga matahari juga menjadi ambisi badan antariksa Jepang (JAXA). Namun, teknologi yang dikembangkan Jepang akan memancarkan gelombang mikro ke Bumi. Jika pengujian sukses, Jepang akan meluncurkan sejumlah satelit pendukung untuk memproduksi listrik yang cukup untuk 500.000 rumah tangga.


          WAH
          Sumber : PHYSORG

          http://sains.kompas.com/read/xml/2009/04/16/16330023/bukan.mimpi.pembangkit.listrik.di.orbit.bumi