Sabtu, 29 Agustus 2009

Laboratorium Black Box

Jumat, 28/08/2009 13:49 WIB
Laboratorium Black Box untuk Harga Diri Bangsa
Muhammad Taufiqqurahman - detikNews

Black box (Foto: M Taufiqqurahman/detikcom)
Jakarta - Flight Recorder (FR) atau yang lebih umum dikenal dengan nama black box (BB) pada kecelakaan pesawat menjadi barang yang penting. Black box ini yang akan memberikan informasi tentang kondisi pesawat dan peristiwa yang terjadi di dalam pesawat lewat suara, pada jelang terjadinya kecelakaan.

Menurut Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi, biasanya, black box pesawat Indonesia yang mengalami kecelakaan akan dikirim ke luar negeri semisal Singapura dan negera sahabat lainnya.

"Biasanya akan kita kirim untuk biasa dibaca. Hal ini dilakukan karena dulunya kita belum punya laboratorium black box," ujar Tatang kepada
detikcom, saat ditemui di Departemen Perhubungan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (27/8/2009).

Namun saat ini, lanjut Tatang, Indonesia boleh berbangga karena telah mempunyai laboratorium black box sendiri.

"Setelah 59 tahun dalam sejarah penerbangan kita. Kita juga tidak mau dapur kita dilihat oleh negara-negera lain," kata pria yang berpangkat Marsekal Muda (Purn)ini.

Tatang menjelaskan, meski saat ini FR Indonesia masih sangat sederhana, namun mempunyai arti penting bagi bangsa Indonesia.

"Ini tentang harga diri bangsa, masa mau minta-minta ke Singapura? Kita ingin menjadi cermin pemerintah kita bertanggung atas kecelakaan di Indonesia," tegasnya.

Pembelian peralatan pada laboratorium black box menelan biaya sebanyak US$ 250 ribu, yang didapatkan dari permintaan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal ke DPR Komisi V pada tahun 2008 lalu.

"Punya Australia jauh lebih mahal dan canggih. Harga peralatan mereka mencapai 8 juta Dollar Amerika. Namun saya tidak menghitung harga, tapi harga diri bangsa," sebutnya.

Pada kesempatan itu, Kepala Laboratorium Black Box, Nugroho Budi sempat memperlihatkan cara kerja dari alat tersebut. Dari kotak Flight Recorder, didapatkan dua rekaman yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR).

"CVR ini akan di transfer menjadi data suara yang terjadi di dalam kokpit, seperti percakapan pilot, pramugari, suara mesin. FDR sendiri akan menampilkan gambar animasi pesawat sebelum mengalami kecelakaan," tuturnya.

Proses transfer data pun tidak begitu lama dilakukan dari FR ke komputer. "Hanya butuh satu jam saja, kita sudah tahu hasilnya,"pungkasnya.

(fiq/irw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar