Minggu, 29 Mei 2011

VIDEO: Proses Terbentuknya Bulan

VIDEO: Proses Terbentuknya Bulan
Menurut astronom, tabrakan antara Bumi dan Theia terjadi sekitar 4,53 miliar tahun lalu.
SABTU, 28 MEI 2011, 10:29 WIB
Muhammad Firman

VIVAnews - Teori ‘Giant Impact’ merupakan hipotesa bagaimana proses terbentuknya bulan. Ilmuwan berteori, Bulan terbentuk akibat bergabungnya serpihan-serpihan pecahan Bumi yang ketika itu masih muda bertabrakan dengan benda langit berukuran sebesar planet Mars.

Salah satu bukti yang mendukung hipotesa ini adalah contoh-contoh bebatuan yang diambil para astronot saat mengunjungi Bulan. Dari bebatuan itu, terindikasi bahwa permukaan Bulan sebelumnya berbentuk cair dan kemungkinan, ia memiliki inti kecil dari besi dengan kepadatan yang lebih rendah dibanding Bumi.

Adapun benda langit yang menghantam Bumi disebut sebagai Theia, diambil dari nama dewi bangsa Yunani, yang merupakan ibu dari Selene, dewi Bulan.

Menurut teori Giant Impact, Theia terbentuk bersama dengan planet-planet lainnay di tata surya sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Ia mengitari Matahari dalam orbit yang kurang lebih sama dengan Bumi sekitar 60 derajat di depan atau di belakang Bumi.

Stabilitasnya dalam mengitari Bumi kemudian terganggu karena Theia kemudian tumbuh melampaui batas maksimal 10 persen massa planet Bumi. Akibatnya, gaya gravitasi membuat Theia meninggalkan posisi orbitnya dan mendekati Bumi lalu saling bertabrakan.

Menurut para astronom, tabrakan antara Bumi dan Theia terjadi sekitar 4,53 miliar tahun lalu, atau sekitar 30 sampai 50 juta tahun setelah terbentuknya sistem tata surya. Akan tetapi, dari bukti-bukti terakhir, terindikasi bahwa tabrakan itu terjadi lebih lambat, yakni 4,48 (miliar ????) tahun lalu. Berikut ini videonya. (Sumber: Channel4.com/YouTube)

• VIVAnews

Astronom Ungkap Peta Alam Semesta

Astronom Ungkap Peta Alam Semesta
Peta ini mencakup 380 juta tahun cahaya, meliputi 45.000 galaksi tetangga Bima Sakti.
KAMIS, 26 MEI 2011, 12:46 WIB
Elin Yunita Kristanti

VIVAnews -- Pernahkah Anda membayangkan seperti apa gambaran alam semesta? Ini mungkin terlalu kompleks. Namun, para astronom Inggris berhasil membuat terobosan: memetakan alam semesta secara tiga dimensi.

Adalah para ilmuwan dari University Portsmouth yang membuat peta 2MASS Redshift Survey (2MRS) yang mencakup jarak 380 juta tahun cahaya, 45.000 galaksi tetangga. Untuk diketahui diameter Galaksi Bima Sakti saja sepanjang 100.000 juta (100.000???) tahun cahaya.

Ini adalah peta alam semesta tiga dimensi yang paling baru dan lengkap -- mengungkap detail terbaru tentang posisi kita di alam semesta.

"Saya berbicara atas keinginan kita semua untuk memahami tempat kita di alam semesta," kata Karen Masters dari University of Portsmouth, seperti dimuat FOXnews, 25 Mei 2011 . Tapi pekerjaan masih panjang. "Saya tak akan gembira jika kita tak punya peta Bumi yang lengkap. (Demikian pula dengan peta semesta), akan menyenangkan bila kita memiliki yang lengkap."

Peta terbaru ini menggunakan data dari Two-Micron All-Sky Survey (2MASS) Redshift Survey (2MRS) yang membutuhkan waktu 10 tahun untuk memindai langit malam, lengkap denan cahaya mendekati inframerah. Survei ini menggunakan dua teleskop di Bumi yang berada di Observatorium Fred Lawrence Whipple, di Mount Hopkins, Arizona dan Cerro Tololo Inter-American Observatory di Chile.

Survei ini juga memetakan secara detail area yang sebelumnya tersembunyi di balik Galaksi Bima Sakti untuk lebih memahami pengaruh gerakan mereka terhadap bagian alam semesta lain. (umi)

• VIVAnews

White Hole Kemungkinan Hadir di Alam Semesta

White Hole Kemungkinan Hadir di Alam Semesta
White hole merupakan lawan dari black hole. Ia tidak menghisap, namun memuntahkan materi.
SABTU, 28 MEI 2011, 12:18 WIB
Muhammad Firman

VIVAnews - Anda pernah mendengar black hole? Ia merupakan sebuah celah gelap di ruang angkasa yang menghisap seluruh benda yang ada di sekelilingnya dan melemparnya ke ruang ketiadaan. Kini sejumlah ilmuwan menyebutkan bahwa pernah ada bukti akan adanya lawan dari black hole.

Kebalikan dari black hole, white hole atau lubang putih tidak menghisap benda di sekeliling namun memuntahkan material yang berasal dari tempat antah berantah ke alam semesta kita.

Alam semesta kita sendiri merupakan tempat yang aneh, dan lubang hitam merupakan salah satu hal yang paling aneh yang hadir di dalamnya. Namun secara matematik, lubang hitam harusnya bisa dibalikkan, artinya, ada sesuatu yang memuntahkan material, tidak menghisapnya.

Dikutip dari Dvice, 27 Mei 2011, lubang putih beroperasi dengan modus yang berbeda dengan lubang hitam. Mereka mendadak muncul untuk masa waktu yang singkat. Mereka kemudian melontarkan sejumlah material ke alam semesta lalu mereka sendiri runtuh, membentuk lubang hitam dan kemudian tidak pernah tampak lagi.

Perilaku lubang putih seperti ini sangat sulit untuk diamati. Namun peneliti yakin bahwa mereka telah menemukan salah satu di antaranya.

Pada tahun 2005 lalu, sebuah tembakan sinar gamma berhasil terekam namun ia tidak hadir bersama dengan supernova yang umumnya memicu hadirnya lontaran sinar gamma tersebut. Ada kemungkinan, ia hadir akibat runtuhnya sebuah lubang putih.

Yang menarik seputar lubang putih adalah pembentukan material mereka serupa dengan apa yang disebut Big Bang, atau yang disebut-sebut merupakan fenomena terbentuknya seluruh alam semesta. Ini membuat white hole disebut juga sebagal ‘Small Bangs’.

White hole tidak memiliki koordinat ruang dan waktu yang pasti dan tidak bisa dideteksi sama sekali. Mereka bisa secara mendadak muncul kapan saja, di mana saja dan melakukan aktivitas mereka sebelum kembali menghilang.

Sejauh ini, keberadaan white hole memang masih bersifat dugaan. Akan tetapi, black hole juga hanya merupakan dugaan sampai keberadaannya benar-benar diketahui pada beberapa dekade terakhir. Dan seperti yang diucapkan oleh fisikawan Murray Gell-Mann, apapun yang tidak dilarang adalah wajib. Artinya, setidaknya dari sudut pandang mekanikal kuantum, lubang putih pasti ada di salah satu sudut alam semesta.

• VIVAnews

Jumat, 27 Mei 2011

Aussie student finds universe's 'missing mass'

Aussie student finds universe's 'missing mass'

Mosaic image of the starburst galaxy, Messier 82 (M82) (AP/NASA-ESA)

Aussie student finds universe's 'missing mass'AFP/NASA/File – This NASA illustration photo shows stars that are forming in a dwarf starburst galaxy located about 30 …

SYDNEY (AFP) – A 22-year-old Australian university student has solved a problem which has puzzled astrophysicists for decades, discovering part of the so-called "missing mass" of the universe during her summer break.

Undergraduate Amelia Fraser-McKelvie made the breakthrough during a holiday internship with a team at Monash University's School of Physics, locating the mystery material within vast structures called "filaments of galaxies".

Monash astrophysicist Dr Kevin Pimbblet explained that scientists had previously detected matter that was present in the early history of the universe but that could not now be located.

"There is missing mass, ordinary mass not dark mass ... It's missing to the present day," Pimbblet told AFP.

"We don't know where it went. Now we do know where it went because that's what Amelia found."

Fraser-McKelvie, an aerospace engineering and science student, was able to confirm after a targeted X-ray search for the mystery mass that it had moved to the "filaments of galaxies", which stretch across enormous expanses of space.

Pimbblet's earlier work had suggested the filaments as a possible location for the "missing" matter, thought to be low in density but high in temperature.

Pimbblet said astrophysicists had known about the "missing" mass for the past two decades, but the technology needed to pinpoint its location had only become available in recent years.

He said the discovery could drive the construction of new telescopes designed to specifically study the mass.

Pimbblet admitted the discovery was primarily academic, but he said previous physics research had led to the development of diverse other technologies.

"Whenever I speak to people who have influence, politicians and so on, they sometimes ask me 'Why should I invest in physics pure research?'. And I sometimes say to them: 'Do you use a mobile phone? Some of that technology came about by black hole research'.

"The pure research has knock-on effects to the whole society which are sometimes difficult to anticipate."

http://news.yahoo.com/s/afp/20110527/sc_afp/australiaastrophysicsscience

Senin, 23 Mei 2011

Bintang yang Meledak Lontarkan Peluru Kosmik

Bintang yang Meledak Lontarkan Peluru Kosmik
‘Peluru' diperkirakan merupakan bintang yang bergerak dengan kecepatan 8 juta KM per jam.
SENIN, 23 MEI 2011, 16:46 WIB
Muhammad Firman

VIVAnews - Sebuah objek berbentuk peluru terlihat terlontar keluar dari ledakan sebuah bintang yang mati. ‘Peluru’ itu terekam dalam sebuah gambar yang diambil oleh Chandra, teleskop sinar X luar angkasa milik NASA.

Teleskop itu mengambil gambar ledakan N49, supernova di Large Magellanic Cloud, sebuah galaksi kecil tetangga galaksi Bima Sakti. Peluru kosmik itu tertangkap saat astronom menggunakan Chandra selama 30 jam untuk mendapatkan eksposur yang lama.

Peluru yang menandakan terjadinya sebuah ledakan asimetris bergerak dengan kecepatan sekitar 8 juta kilometer per jam dan meninggalkan sumber titik terang di bagian kiri atas N49. Sumber terang ini disebut juga sebagai soft gamma-ray repeater (SGR), sebuah sumber yang memancarkan sinar gamma dan sinar X.

Dari pengamatan, kemungkinan objek tersebut merupakan bintang neuron yang memiliki medan magnet sangat kuat. Berhubung bintang neuron seringkali terbentuk dalam sebuah ledakan supernova, hubungan antara SGR dan sisa-sisa ledakan supernova merupakan hal yang umum.

Hubungan tersebut, dikutip dari Space, 23 Mei 2011, diperkuat oleh bukti akan adanya kesesuaian antara jalur peluru tersebut dengan sumber sinar X yang terang tersebut.

Dari foto yang dibuat oleh Chandra, diperkirakan usia N49 mencapai 5 ribu tahun dan energi yang dihasilkan oleh ledakan itu diperkirakan mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan ledakan supernova pada umumnya.

Hasil penelitian awal ini mengindikasikan bahwa ledakan itu berasal dari hancurnya sebuah bintang raksasa. Temuan dan foto-foto Chandra itu sendiri dipaparkan pada ajang American Astronomical Society di Miami, Florida, baru-baru ini.

• VIVAnews

Jejak Astronomis di Borobudur

Jejak Astronomis di Borobudur
Kamis, 19 Mei 2011 | 03:12 WIB
M Zaid Wahyudi


Penelitian selama 2,5 tahun yang dilakukan Tim Arkeoastronomi Borobudur, Institut Teknologi Bandung, menunjukkan, stupa utama candi Buddha terbesar di dunia itu berfungsi sebagai gnomon (alat penanda waktu) yang memanfaatkan bayangan sinar Matahari. Stupa utama yang merupakan stupa terbesar terletak di pusat candi di tingkat 10 (tertinggi).Kemegahan Candi Borobudur tidak hanya menunjukkan kemampuan rancang bangun nenek moyang bangsa Indonesia yang mengagumkan. Penempatan stupa terawang maupun relief di dinding Borobudur ternyata menunjukkan penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan alias astronomi.

Stupa utama dikelilingi 72 stupa terawang yang membentuk lintasan lingkaran di tingkat 7, 8, dan 9. Bentuk dasar ketiga tingkat itu plus tingkat 10 adalah lingkaran, bukan persegi empat sama sisi seperti bentuk dasar pada tingkat 1 hingga tingkat 6.

Jumlah stupa terawang pada tingkat 7, 8 dan 9 secara berurutan adalah 32 stupa, 24 stupa, dan 16 stupa. Jarak antarstupa diketahui tidak persis sama. Pengaturan jumlah dan jarak antarstupa diduga memiliki tujuan atau makna tertentu.

”Jatuhnya bayangan stupa utama pada puncak stupa terawang tertentu pada tingkatan tertentu menunjukkan awal musim atau mangsa tertentu sesuai Pránatamangsa (sistem perhitungan musim Jawa),” kata Ketua Tim Arkeoastronomi ITB Irma Indriana Hariawang di Jakarta, Rabu (18/5).

Tim beranggotakan satu dosen dan empat mahasiswa Astronomi ITB, satu mahasiswa Matematika ITB, dan seorang peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Temuan mereka dimuat dalam prosiding 7 International Conference on Oriental Astronomy di Tokyo, Jepang, pada September 2010.

Sebelum korelasi antara bayangan stupa utama dan stupa terawang diketahui, tim terlebih dahulu menentukan bayangan lurus stupa utama saat Matahari berada di garis khatulistiwa (garis 0 pada grafik lintasan awal musim). Pada saat itu Matahari terbit tepat di titik timur garis dan terbenam tepat di titik barat garis.

Hasil ini menunjukkan posisi Borobudur sesuai arah mata angin. Arah utara-selatan menunjuk posisi kutub utara Bumi dan kutub selatan Bumi, bukan utara-selatan kutub magnet Bumi. Posisi itu ditentukan tanpa bantuan alat penentu posisi global (GPS).

Dosen Astronomi ITB yang juga anggota Tim Arkeoastronomi Borobudur ITB, Ferry M Simatupang, mengatakan, sekitar tahun 800, saat Borobudur dibangun, nenek moyang bangsa Indonesia mampu menentukan arah utara-selatan benar menggunakan bayangan Matahari.

Cara paling sederhana menentukan arah utara-selatan benar adalah menandai bayangbayang gnomon pada lingkaran simetris. Jika bayang-bayang gnomon pada dua sisi lingkaran yang berseberangan dihubungkan, menunjukkan arah timur-barat benar. Garis yang tegak lurus dengan garis timur-barat benar adalah garis utara-selatan benar.

”Fakta bayangan stupa utama Borobudur sebagai penanda awal musim dalam Pránatamangsa baru temuan awal, masih banyak penelitian lanjutan yang harus dilakukan,” katanya.

Menurut Simatupang, tim akan meneliti hubungan bayangan stupa utama dengan stupa terawang dalam tiga dimensi. Hasil ini akan menajamkan garis awal musim yang sudah diperoleh dari citra dua dimensi. Saat ini citra tiga dimensi Borobudur sedang dikerjakan oleh pengelola Candi Borobudur.

Tim juga berencana melihat apakah posisi stupa atau bayangan stupa memiliki hubungan dengan prediksi gerhana Matahari atau gerhana Bulan. Konfigurasi situs megalitik umumnya memiliki kaitan dengan penentuan waktu, baik kalender maupun prediksi gerhana.

Selain itu, tim juga berencana mengetahui tahun tepat Borobudur didirikan berdasarkan struktur asli Borobudur. Struktur Borobudur saat ini merupakan hasil rekonstruksi beberapa kali yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda maupun Pemerintah Indonesia atas bantuan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (Unesco). Saat ditemukan tahun 1800 oleh tim yang dipimpin Sir Thomas Stamford Raffles dari Inggris, Borobudur hanya berupa puingpuing.

Namun, penelitian ini tidak mudah. Penelitian arkaeoastronomi masih baru di Indonesia. Aspek astronomis dalam candi Buddha juga jarang ditemukan.

Ahli dan literatur yang ada pun terbatas. Kerja sama antara astronom dan arkeolog perlu dilakukan untuk lebih memperlancar penelitian.

Pengetahuan astronomi

Sejumlah relief di Candi Borobudur juga menunjukkan kemampuan nenek moyang bangsa Indonesia dalam penguasaan ilmu perbintangan. Hal itu, menurut Irma, salah satunya ditunjukkan dengan gambar perahu-perahu pelaut berbagai ukuran di dinding candi.

Gambar perahu itu menunjukkan mereka adalah bangsa pelaut. Untuk mampu mengarungi lautan, dibutuhkan kemampuan navigasi (menentukan arah) yang panduan utamanya bintang-bintang di langit.

Salah satu bintang yang menjadi penunjuk arah adalah bintang Polaris, yaitu bintang yang terletak tepat di atas kutub utara Bumi hingga disebut sebagai Bintang Utara.

Polaris menjadi acuan arah utara bangsa-bangsa di belahan Bumi utara. Nama bintang ini banyak disebut dalam sejumlah manuskrip umat Buddha.

Sebelum tahun 800, Polaris dapat dilihat dari Nusantara di sekitar Borobudur. Bintang terang ini mudah diamati karena hanya bergerak di sekitar horizon (ufuk langit). Namun, sejak tahun 800 hingga kini, posisi Polaris semakin di bawah horizon akibat gerak presesi (gerak Bumi pada sumbunya sambil beredar mengelilingi Matahari) sehingga Bintang Utara tidak mungkin lagi dilihat dari Nusantara.

Karena Polaris tak bisa diamati, pelaut mencari bintang penanda utara lain, yaitu rasi Ursa Mayor (Beruang Besar). Jika dua bintang paling terang dalam rasi ini, yaitu Dubhe dan Merak, ditarik garis lurus, akan mengarah ke Polaris. Hal ini membuat Ursa Mayor menjadi penanda arah utara lain.

Pentingnya rasi Ursa Mayor bagi masyarakat saat itu ditunjukkan oleh gambar relief bulatan-bulatan kecil pada tingkat ke-4 Borobudur di sisi utara. Tujuh bulatan kecil itu diapit oleh lingkaran besar yang diduga Matahari dan bulan sa- bit yang dipastikan simbol bulan.

Dari Bumi, Ursa Mayor terlihat sebagai tujuh bintang terang. Nama Dubhe dan Merak berasal dari bahasa Arab. Dubhe dari frasa thahr al dubb al akbar (punggung beruang besar), sedangkan Merak dari kata al marakk yang artinya pinggang karena posisinya di pinggang beruang.

Irma menambahkan, selain Ursa Mayor, tujuh bulatan itu diduga sebagai Pleiades (tujuh bidadari). Masyarakat Jawa mengenal kluster bintang terbuka ini sebagai Lintang Kartika. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta krttikã yang menunjuk kluster bintang yang sama.

Kluster (kumpulan) bintang ini populer di Jawa karena kemunculannya menjadi penanda dimulainya waktu tanam.

Dugaan tujuh bulatan itu adalah Pleiades muncul karena hampir semua bangsa memiliki kesan mendalam dengan kluster bintang ini. Bangsa Jepang menyebutnya sebagai Subaru, sedangkan masyarakat Timur Tengah menamainya Thuraya.

Namun, jika diamati dari Borobudur, posisi Tujuh Bidadari ini di dekat arah timur benar saat terbit dan di dekat arah barat benar saat terbenam. Posisi kluster ini tidak cocok dengan letak tujuh bulatan di dinding utara Borobudur.

”Kecil kemungkinan tujuh bulatan itu adalah Pleiades, melainkan Ursa Mayor karena posisinya menghadap

Ursa Mayor yang menjadi penanda arah utara,” kata Irma.

http://nasional.kompas.com/read/2011/05/19/03121712/Jejak-Astronomis-di-Borobudur

Rabu, 18 Mei 2011

Punya Pengalaman, Korsel Siap Bantu RI Bangun Jembatan Selat Sunda

Kamis, 19/05/2011 07:17 WIB
Punya Pengalaman, Korsel Siap Bantu RI Bangun Jembatan Selat Sunda
Ade Irawan - detikFinance

Nusa Dua - Pemerintah Korea Selatan menawarkan investasinya di Indonesia untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan proyek membangun Jembatan Selat Sunda.

Staf Khusus Menteri Koordinasi Perekonomian, Amir Sambodo menyampaikan, pemerintah Korea Selatan bersedia membantu Indonesia untuk proyek Jembatan Selat Sunda karena menganggap Korea Selatan mempunyai pengalaman dalam membangun jembatan antarpulau.

"Mereka (Korea Selatan) juga menawarkan itu karena memang mereka punya pengalaman membangun jembatan Seoul," katanya ketika berbincang dengan wartawan di salah satu hotel di Nusa Dua, Bali, Rabu (18/5/2011).

Menurut Amir, kerja sama yang dibangun antara pemerintah Indonesia dan Korea sedang memasuki pengenalan. Namun, pihak Korea Selatan sudah memberikan tanda bahwa mereka tertarik untuk melakukan investasi di sini.

"Korea-Indonesia ini memasuki babak baru untuk mebangun infrastruktur yg besar karna memang mereka membuktikan statementnya tertarik," ujarnya.

Selain itu, tambah Amir, pemerintah Korea Selatan juga menawarkan jasa mereka untuk pembangunan ekonomi di bidang industri manufaktur. Ditambah pembicaraan untuk menarik investor Korea Selatan lain yang ingin masuk ke Indonesia.

"Mereka menawarkan tidak hanya pengembangan industri manufaktur infrastruktur, juga insentif apa saja yang bisa diberikan biar investor tertarik masuk ke Indonesia," jelasnya.

Jembatan Selat Sunda akan menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera. Jembatan yang akan menjadi salah satu terpanjang di dunia itu diperkirakan menelan investasi hingga lebih dari Rp 100 triliun. Pemerintah saat ini masih terus melakukan kajian untuk pembangunan jembatan tersebut.

(ade/qom)

http://www.detikfinance.com/read/2011/05/19/071741/1642096/4/punya-pengalaman-korsel-siap-bantu-ri-bangun-jembatan-selat-sunda?991101mainnews