Rabu, 04 April 2012

Komputer Super Coba Sibak Misteri Terbentuknya Semesta


Komputer Super Coba Sibak Misteri Terbentuknya Semesta

Fino Yurio Kristo - detikinet
Rabu, 04/04/2012 13:34 WIB

Ilustrasi (Ist.)
Belanda - IBM bekerja sama dengan para astronom di Belanda mengembangkan sebuah sistem komputer canggih. Tujuannya untuk menganalisis sejumlah besar data dari teleskop generasi masa depan yang akan membantu mengungkap rahasia terbentuknya alam semesta.

IBM dan Netherlands Institute for Radio Astronomy (Astron) mengumumkan rencana proyek komputer super berjangka waktu lima tahun tersebut dengan dana 33 miliar euro. Proyek itu dinamakan Dome.

Komputer bersangkutan akan menganalisis data dari Square Kilometre Array (SKA), sebuah teleskop radio paling powerful di dunia. Rencananya, teleskop itu akan selesai dan beroperasi di tahun 2024.

"Jika Anda mengambil trafik internet global harian dan menggandakannya jadi dua, Anda ada dalam range data yang akan dikoleksi teleskop radio SKA setiap hari. Ini adalah analisis data besar ekstrim," ucap Ton Engbersen dari IBM Research.

Proyek ini akan menciptakan sebuah komputer yang bisa memproses volume data raksasa tanpa mengkonsumsi begitu banyak energi. Teleskop SKA akan dipakai untuk mengeksplorasi galaksi dan sejarah semesta serta memetakan ruang angkasa yang diperkirakan berumur sekitar 13 miliar rahun.

Teleskop tersebut memerlukan storage data sampai 1.500 petabytes setiap tahunnya. Demikian seperti dilansir V3 dan dikutip detikINET, Rabu (4/4/2012).

( fyk / ash ) 

Jumat, 02 Maret 2012

Otak Dicangkok Komputer, Etis atau Tidak


Otak Dicangkok Komputer, Etis atau Tidak

Jelas, teknik ini membuat batas antara manusia dan mesin menjadi kabur.

JUM'AT, 2 MARET 2012, 06:07 WIB
Arfi Bambani Amri
VIVAnews - Sekelompok ilmuwan di Inggris mengajukan debat etika mengenai teknologi baru yang memasangkan teknologi komputer ke otak sehingga menghasilkan manusia super, yang memiliki konsentrasi tinggi atau bisa mengendalikan senjata dengan pikiran.
Jelas, teknik ini membuat batas antara manusia dan mesin menjadi kabur.

Ilmuwan yang tergabung dalam Dewan Nuffield untuk Bioetika ini meluncurkan debat ini pada Kamis 1 Maret 2012.

"Mengintervensi otak selalu meningkatkan harapan dan ketakutan sama banyaknya. Berharap bisa menyembuhkan penyakit berbahaya dan ketakutan akan konsekuensi meningkatkan kapabilitas manusia melampaui normal," kata Thomas Baldwin, profesor filsafat dari Universitas York, Inggris, yang memimpin studi ini.

"Harapan dan ketakutan ini menantang kita berpikir hati-hati mengenai pertanyaan mendasar terkait otak: Apa yang membuat kita manusia? Apa yang membuat kita sebagai seorang individu? Dan bagaimana serta mengapa kita berpikir dan bertindak?"

Dewan independen yang didirikan untuk membahas isu etika ini ingin berfokus pada tiga areal utama neuroteknologi yang mengubah otak: brain-computer interfaces (BCIs), teknik stimulasi syarah seperti stimulasi otak dalam (DBS) dan terapi cangkok sel syaraf.

Teknologi-teknologi ini, seperti dilansir Reuters, sudah mencapai beragam tahap pengembangan untuk keperluan pengobatan penyakit Parkinson, depresi dan strok. Para ahli berharap, ada pengembangan baru untuk pasien dengan kerusakan otak berat.

Namun bagian menakutkan dari teknologi ini berkembang di luar bidang kesehatan. Di militer, penerapan antarmuka otak-komputer bisa digunakan untuk pengembangan senjata yang bisa dikendalikan dengan sinyal otak. Di industri game, teknologi antarmuka ini juga menjadi riset penting.

"Jika antarmuka otak-komputer digunakan untuk mengendalikan pesawat militer atau senjata dari jauh, siapa yang mengambil tanggung jawab atas tindakan itu? Bukankah ini mengaburkan batas antara manusia dan mesin," kata Baldwin.

Konsultasi soal etika ini dibuka sampai 23 April ini. Tahun depan, Dewan Etika ini berharap bisa melahirkan rekomendasi. (umi)
• VIVAnews

Pohon-pohon Skandinavia selamat dari zaman es akhir


Pohon-pohon Skandinavia selamat dari zaman es akhir

BBCIndonesia.com - detikNews
Sabtu, 03/03/2012 11:10 WIB
Pohon Conifer diyakini spesies pohon peninggalan zaman es yang mampu bertahan.

Sejumlah spesies pepohonan di daratan Skandinavia ternyata mampu bertahan dari terjangan luapan es pada zaman es akhir, ribuan tahun silam.

Temuan baru ini berbeda dengan gagasan yang sudah diterima luas bahwa pohon-pohon tersebut mati dan punah setelah lapisan es tebal menutupi kawasan tersebut sekitar 9,000 tahun lalu

Para peneliti, seperti dimuat dalam Jurnal Ilmiah terbaru, menunjukkan beberapa pohon Jarum (Conifer) yang tumbuh di pegunungan dan pesisir pantai mampu bertahan hidup dari terjangan lapisan es tebal pada zaman es akhir.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa tidak semua pohon Conifer Skandinavia memiliki garis keturunan terakhir yang sama, seperti yang selama ini kita yakini," kata Profesor Eske Willerslev, peneliti dari Pusat GeoGenetics, Universitas Kopenhagen.

"Ada kelompok-kelompok pohon cemara dan pinus yang selamat dari iklim yang keras, karena terlindung dan kemudian tersebar secara meluas ketika zaman es berakhir," jelasnya.

Eske kemudian mencontohkan pohon-pohon tersebut di puncak-puncak nunatak, Antartika, yang dapat bertahan hidup pada zaman es akhir.

"Dan pohon cemara dan pohon pinus yang ada di selatan dan timur Eropa memiliki kaitan dengan asal-usul pepohonan yang selamat dari terjangan lapisan es tebal pada zaman es akhir itu".

Mampu bertahan

Pepohonan inilah, yang menurut temuan terbaru, secara alamiah melahirkan spesies pepohonan Conifer di kawasan Skandinavia.

Kesimpulan para ahli ini didasarkan uji DNA dari pohon cemara modern -- yang secara jelas menggambarkan kehadiran dua jenis pohon di Skandinavia - serta menganalisa contoh komposisi DNA pohon pinus dan cemara purba yang ditemukan pada endapan di sebuah danau.

"Kami berhipotesa bahwa pepohonan yang mampu bertahan pada zaman es akhir yang terletak di ketinggian nunataks, pegunungan atau puncak gunung, atau di daerah yang lebih terlindung di dekat pantai yang iklimnya hangat, "kata peneliti Laura Parducci, dari University of Uppsala.

"Daerah seperti itulah yang telah menyediakan lahan buat akar pepohonan itu hingga mampu bertahan dan tumbuh pada iklim yang menantang."

Saat ini, nunataks masih dapat ditemui di kawasan Greenland yang masih diselimuti es, meskipun tanpa ada pepohonan di tempat itu.

(bbc/bbc)


Minggu, 01 Januari 2012

5.000 Bangkai Burung Hitam Hujani Arkansas


5.000 Bangkai Burung Hitam Hujani Arkansas

Aulia Akbar
Senin, 02 Januari 2012 09:02 wib
Foto : Jalanan di Arkansas dipenuhi bangkai burung hitam (Daily Mail)
Foto : Jalanan di Arkansas dipenuhi bangkai burung hitam (Daily Mail)
ARKANSAS - Sekira 5 ribu ekor bangkai burung hitam jatuh di Beebe, Arkansas, Amerika Serikat (AS), pada malam tahun baru. Insiden ini bukan merupakan hal baru di wilayah tersebut, menjelang tahun baru 2011 lalu, insiden yang sama juga terjadi di Arkansas.

"Wali Kota Beebe menelpon saya pada pukul 04.00 pagi, dirinya mengatakan bahwa burung-burung hitam berjatuhan dari langit," ujar pemerintah setempat, Milton McCullar, seperti dikutip ABC, Senin (2/1/2012).

Peristiwa itu juga tampak merepotkan para petugas kebersihan kota. Mereka terpaksa menyapu jalanan dari bangkai-bangkai burung hitam tersebut. Sejumlah peneliti juga masih bingung dalam menanggapi peristiwa aneh ini, di samping itu, peristiwa ini juga muncul setelah Suku Maya di Meksiko memprediksi, kiamat akan terjadi pada 2012.

Pada tahun lalu, beberapa peneliti mengatakan, kembang api tahun baru adalah penyebab utama dari matinya burung-burung ini. Saat muncul kembang api, burung-burung itu tampak terkejut dan stress, mereka pun berjatuhan dari langit.

Meski demikian, beberapa peneliti mengklaim, burung-burung hitam itu tidak seperti burung hantu yang memiliki penglihatan yang baik di malam hari. Saat matahari sudah mulai tenggelam, burung itu mengalami kerabunan dan ketika mereka sedang terbang, mereka sering menabrak bangunan-bangunan yang membuatnya terjatuh ke tanah.

Para peneliti juga menemukan adanya trauma benda tumpul pada saat mereka memeriksa bangkai burung hitam itu.(rhs)

10 Hujan Paling Aneh di Dunia


10 Hujan Paling Aneh di Dunia

Biasanya, hujan identik dengan air, tapi kali ini ada beberapa hujan yang sangat aneh dan menakjubkan didunia, diantaranya hujan uang, laba-laba, hingga hujan darah. Mau tahu Jenis  Hujan Paling Aneh di Dunia ?
1. Hujan uang
http://rooneyruni.files.wordpress.com/2008/06/hujan-uang1.jpg
pada tahun 2007 silam terjadi hujan uang, pengendara motor di jerman melihat uang beterbangan melalui kaca spionnya. Dia menepi dan mencoba untuk mengambil uang-uang itu, namun tidak berhasil. Karna saat itu polisi langsung mengamankan tempat kejadian, mereka sudah tidak bisa mengambil uang-uang itu

2. Hujan laba-laba
pada 6 april 2007, hujan laba-laba terjadi di provinsi salat, argentina. Christian oneto gaona dan temannya memutuskan untuk menghabiskan liburan paskah mereka di provinsi salat, mereka memulai dengan memanjat gunungsan bernardo. 2 jam kemudian mereka menyadari bahwa daratan disekitar mereka telah dipenuhi laba-laba dengan berbagai warna, dan mereka menemukan lebih banyak laba-laba saat mereka menuju ke puncak, saat mereka melihat keatas mereka melihat banyak laba-laba jatuh dari atas langit, chistian adalah orang pertama yang pernah mengambil foto mengenai hujan laba-laba.

3. Hujan jelly discotlandia
pada tahun 2009, hujan jelly terjadi di scotlandia. Ilmuwan dari nationalgeographic melakukan test, dan tidak menemukan dna apapun pada jelly tersebut. Teori tentang asal mula “star jelly” pun berlimpah, namun teori yang paling dapat dipercaya adalah bahwa star jelly muncul dari indung telur katak atau kodok. Yang kemudian dimuntahkan oleh burung rajawali dan kuntul karena itu tidak dapat dicerna.
4. Hujan salju berwarna disiberia
dinegara siberia didaerah omsk, sekitar 1400 mil dari moscow, pernah terjadi hujan salju berwarna, hujan salju tersebut berwarna orange, kuning dan hijau turun didaerah itu pada tahun 2007.
5. Hujan daging segar diamerika

pada 9 maret 1976, hujan daging segar turun didekat rumah allen crouch, yang tinggal dekat dengan olympian springs. Yang menutupi 100 yard untuk panjangnya dan dengan lebar 50 yard. Langitnya cerah saat itu dan daging-daging tersebut turun seperti salju yang besar. Pria yang mencoba untuk merasakan daging ini menyimpulkan bahwa ini adalah daging
6. Hujan bangkai burung jalak diinggris

di sebuah desa kecil di coxley yang berdekatan dengan wells, ratusan bangkaiburung jalak jatuh dari atas langit diatas kebun milik julie knight pada bulan maret 2010
7. Hujan ikan di australia

lajamanu duduk ditepi gurun tanami, ratusan kilometer dari danau argyle danelliot, dan bahkan lebih jauh dari garis pantai. Terjadi hujan ikan, tapi itu bukan pertama kalinya komunitas sekitar kejatuhan ikan-ikan dari atas langit. Pada tahun 2004 penduduk lokal melaporkan hal ini terjadi. Dan pada kali ini kejadian aneh ini tidak hanya terjadi sekali, namun terjadi 2 kali pada bulan februari 2010 “ratusan ikan putih hidup jatuh dari atas langit dimana-mana” menurut saksi yang melihat kejadian ini.
8. Hujan cacing diamerika
pegawai departemen kepolisian jenning, eleanor beal sedang menyebrang jalan untuk bekerja, saat sesuatu jatuh dari langit, dia mengatakan bahwa benda yang jatuh dari langit adalah cacing, yang jatuh dengan kusut dan berupa gumpalan, ternyata telah terjadi hujan cacing dan tidak ada yang tau dari mana cacing-cacing itu bisa muncul, namun sebagian percaya bahwa semburan air yang ditemukan 5 mil dari tempat kejadian pada waktu yang sama di lacasine bayou, mungkin ada kaitannya dengan kejadian ini.
9. Sapi jatuh dilangit jepang

pada tahun 1997, nelayan jepang diselamatkan di perairan jepang. Mereka mengaku hewan sapi jatuh dari langit dan menyebabkan kapal mereka tenggelam, mereka pun langsung dimasukkan kedalam penjara. 2 minggu kemudian angkatan udara russia memberitahu pihak berwenang jepang, bahwa kru dari salah satu kargo mereka, mencuri sapi agar mereka bisa makan daging sesekali, tentu saja si sapi tidak suka dengan lingkungan sekitarnya, dan mulai bertingkah aneh, pada akhirnya untuk keselamatan pesawat dan tentunya mereka sendiri, selanjutnya mereka melempar sapi tersebut dari ketinggian 30.000 kaki diatas perairan jepang.
10. Hujan darah dikolombia

pada tahun 2008, hujan darah merah yang disertifikasi oleh ahli bakteriologi sekitar sebagai hujan darah, kejadian ini terjadi di sebuah komunitas kecil di la sierra, choco. Samplenya telah diambil dan dipelajari dikota terdekat di bagado. Para pendeta berpendapat bahwa itu tanda dari tuhan untuk manusia yang penuh dosa mengubah perilaku mereka.

Jumat, 09 Desember 2011

Meteor Crater Helps Unlock Planetary History


Meteor Crater Helps Unlock Planetary History

The Barringer meteorite crater — known popularly as "Meteor Crater" — near Winslow, Ariz., was formed some 50,000 years ago in the flat-lying sedimentary rocks of the Southern Colorado Plateau in Arizona. Now, scientists are using the crater to study mysteries near and far.
This out-of-the-blue geological feature is considered a prime example of a young, well-preserved and well-documented simpleimpact crater.
That means it represents one of the most common morphological features on planetary surfaces, both on Earth, and elsewhere in oursolar system. Scientists are using this crater to probe not just our own planetary history, but the mechanics of space rock impactsthroughout the universe.
Meteor Crater is one of very few impact sites on our planet where the geologic details of crater excavation and ejecta emplacement are preserved. While the outline of most simple craters is circular, the shape of Arizona's Meteor Crater strongly deviates from a circle and resembles a quadrangle. [Fallen Stars: A Gallery of Famous Meteorites]
"Hole Earth" catalog
The bowl-shape crater is surprisingly well preserved by terrestrial standards. That makes it a "kiss and tell" terrestrial feature that is being plumbed by researchers far and wide.
The crater is roughly 0.75 miles (1.2 kilometers) in diameter. That giant hole in the ground sports a rim that rises up to 196 feet (60 meters) above the surrounding landscape. The crater floor falls to a depth of 590 feet (180 meters).
The upper crater walls have average slopes of 40 to 50 degrees, although they also include vertical to near-vertical cliffs. The rock ejected from the crater forms a debris blanket that slopes away from the crater rim out to a distance of 0.6 miles (1 km).
This impact crater is viewed as a treasured scientific site, not only here on Earth but in shaping future moon and Mars exploration plans. It has become a training ground for astronauts and robot hardware as well as a learning lab for planetary geologists who are investigating impact cratered terrains on other planets.
Indeed, it's a "hole Earth catalog" of processes that keeps on giving.
Honing exploration skills
When a cosmic interloper slammed into Earth tens of thousands of years ago, more than 175 million metric tons of rock were excavated and deposited on the crater rim and the surrounding terrain in a matter of a few seconds, said David Kring, a senior staff scientist and geologist at the Lunar and Planetary Institute in Houston.
Kring has been engaged in studies of the crater for decades. He uses the site as a teaching tool for students, as well as a locale for honing the exploration skills to lunge beyond Earth.
"Those rocks and the processes they record remain the focus of our studies next year," Kring told SPACE.com. "At the same time, we will conduct training activities that are designed to enhance the success of exploration of the moon and planetary surfaces throughout the solar system."
There are a lot of activities at the crater, Kring said. He made two trips there in October alone, he added.
Training ground
First of all, the crater is being used to instruct postdoctoral researchers in the field of lunar science, as well as educate graduate students who are studying impact craters on the moon, Mars, and elsewhere.
Furthermore, Kring added, Meteor Crater is being used to tutor astronauts for planetary surface operations, which require different talents than those needed for past space shuttle flights and work on the International Space Station.
In terms of active research, the crater is telling the story of how material is ejected and deposited after a space rock impact. Its revelations have implications for craters on all planetary surfaces.
Moreover, research at the site is being conducted to determine how water produces gullies and otherwise erodes the crater. This could help scientists interpret observations of Mars.
Research is also being conducted at Meteor Crater, Kring said, to refine the age of the impact event itself. This work will help calibrate isotopic systems to date geologic events that occur elsewhere in the world.
Lastly, the crater is providing an on-the-spot opportunity for evaluating the design of traverses and geologic station activities on the moon, Mars and other exploration destinations.
New questions
There are still many open scientific questions about the crater itself.
Kring said that an important remaining problem is that the trajectory of the impacting iron asteroid and the damage it caused to Earth's crust beneath the crater floor remain a mystery.
"Both might be solved with a shallow drilling campaign," Kring said.
Overall, there is still much work to do, Kring said.
"As we push farther into the solar system, new questions are constantly being developed and require an assessment of new ideas at the world's best preserved impact crater," he said. "Thus, the crater is important for what it can tell us now, but is also important for what it will tell us as we continue to explore beyond low-Earth orbit."
According to Brad Andes, president of Meteor Crater Enterprises, Inc., this year the crater attracted roughly 225,000 visitors.
"We are excited about the fact that Meteor Crater has had a very important role as a science research laboratory in the past, but what is even more exciting is that almost every year, researchers request a visit to the crater because of a 'new' question that has been asked," Andes told SPACE.com. "And the answer to that question may live in the crater. This has been happening for decades. I am sure it will continue to happen for many more decades and possibly even centuries."
There's also potential research at Meteor Crater investigating historical weather events. That information could even have a voice in the global warming debate, Andes said.
"It is humbling to consider the fact that every day researchers get to work at a place that may be viewed as the Rosetta Stone for astrogeological research," he said. "This clearly illustrates the need to preserve it to the greatest degree possible while allowing legitimate research to happen here."
Leonard David has been reporting on the space industry for more than five decades. He is a winner of this year's National Space Club Press Award and a past editor-in-chief of the National Space Society's Ad Astra and Space World magazines. He has written for SPACE.com since 1999.