VIVAnews - Para ahli bersikukuh gempa bumi sulit diprediksi. Namun R Shanmugasundaram mencoba mematahkan anggapan itu. Ia mengembangkan metode sinar matahari untuk memprediksi datangnya gempa.
Caranya, dengan melihat jatuhnya sinar matahari pada titik bumi.
Matahari adalah bintang yang paling dekat dengan planet bumi. Jarak antara bumi dan matahari sekitar 94,5 juta mil pada Aphelion (1 Juli) dan 91,5 juta mil pada Perihelion (1 Januari). Jarak dari dua tanggal tersebut tidak terlalu jauh dari rata-rata jarak, yaitu 93 juta mil. Namun, jumlah radiasi yang diterima adalah 7 persen lebih besar pada Perihelion daripada Aphelion.
Teori Fisika dari planet Bumi menunjukkan bahwa bumi berputar pada porosnya sendiri dengan kemiringan 23,5 derajat dan melengkapi satu kali siklus dalam 24 jam. Sebagai tambahan, dalam perjalanan bumi mengelilingi matahari, dijaga kestabilannya dengan garis Axis (garis imajiner sekitar yang objek yang berputar), yang jarak sudutnya 66,5 derajat dari orbit. Akibatnya, sudut di mana sinar matahari jatuh di titik bumi juga berubah.
Ketika bumi berputar pada porosnya sendiri, dengan kemiringan 23,5 derajat, untuk alasan yang tidak diketahui, tingkat derajatnya akan mengalami kemiringan selama beberapa hari dan akan kembali normal. Hal ini memungkinkan lava untuk mendorong mantel bumi.
Dengan kata lain, kenaikan dari sudut kemiringan bumi secara otomatis mengaturnya dengan benar pada posisi semula. Kondisi ini mengaktifkan platetektonik dan lava cair untuk cenderung menusuk bagian lebih yang lemah pada piring bumi yang menyebabkan gempa bumi dan erupsi vulkanik. Hal ini tergantung pada kerak bumi di mana isinya akan cenderung keluar.
Jadi, variasi ini dapat dicatat setiap hari pada permukaan yang halus dan dibangun di arah Utara/Selatan. Yaitu, dengan menggunakan sinar matahari terus-menerus dan tergantung tempat bencana anomali ditentukan. Ini hanya salah satu metode yang terus-menerus dicatat untuk melihat deformasi kerak bumi sehingga gempa kecil maupun besar dapat diprediksi.
Seperti dikutip dari earthquake.itgo.com, metode ini telah diuji coba selama beberapa tahun terakhir secara berkesinambungan. Hasilnya menunjukan tingkat akurasi hingga 80 persen. (umi)
http://teknologi.vivanews.com/news/read/194634-prediksi-gempa-bumi-dari-sinar-matahari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar