VIVAnews - Membuat metode validasi untuk obat merupakan pekerjaan kompleks. Di bagian akhir pengembangan obat, bisa jadi kandidat obat yang akan digunakan untuk mengatasi penyakit, malah dibuang. Akhirnya, seluruh proses validasi yang dilakukan terhadap obat itu menjadi sia-sia.
Sebagai contoh, munculnya virus HIV pada tahun 1980-an memicu kalangan medis melakukan penelitian karena banyak pasien yang terenggut nyawanya akibat AIDS.
Ternyata, untuk menemukan virus yang bertanggungjawab terhadap penyakit itu saja membutuhkan waktu bertahun-tahun. Dan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan obatnya juga lebih panjang lagi.
“Dikhawatirkan, di masa depan, akan lebih banyak lagi virus yang merenggut jiwa manusia karena lambatnya proses ini,” kata Dr Ian Lipkin, seorang neurolog asal University of California, San Francisco, seperti dikutip dari NY Times, 16 Desember 2010. “Kita harus menemukan cara yang lebih baik untuk melakukan hal ini,” ucapnya.
Untuk menghindari usaha sia-sia, peneliti dari Bayer Schering Pharma mencari cara yang cepat dan sederhana dalam membuat metode yang stabil dan dapat digandakan dalam mengembangkan obat.
“Bagian paling sulit dari pengembangan obat adalah membuat stok solusi dan memodifikasi parameter untuk menentukan metode mana yang paling stabil,” kata Dr Michael Pfeffer, Lab Manager Bayer Schering Pharma.
Pfeffer kemudian melakukan sebanyak mungkin otomatisasi terhadap sejumlah langkah dalam tahapan pencarian obat. Sebuah sistem Agilent HPLC yang dilengkapi dengan autosampler berthermostat dan dikontrol lewat software ChemStation dipilih untuk mengembangkan metode analisis.
Sebuah bahasa pemrograman macro kemudian digunakan untuk membuat macro spesifik yang disebut sebagai “Validation Generator” atau Autoval yang membuat pencairan rutin untuk autosampler dan disaat yang sama membuat tabel pengulangan terhadap sampel tersebut.
Setelah sampel dijalankan, data kemudian diekspor ke Microsoft Excel untuk mendapatkan hasil kalkulasi.
Hasilnya, ternyata setelah menggunakan metode otomatisasi tingkat tinggi, analisis non stop dapat dijalankan dan menghasilkan penghematan waktu yang signifikan bagi tim peneliti di lab dalam melakukan risetnya.
“Metode otomatisasi ini, dikombinasikan dengan evaluasi yang sudah terstandarisasi terbukti menjadi bagian penting dalam metode validasi terhadap obat yang efektif,” kata Pfeffer. “Alur kerja otomatis juga memungkinkan reproduktivitas yang baik dan juga mengurangi dampak dari kesalahan penelitian secara manual,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar