Sabtu, 04 Desember 2010

Dicari: Sistem Peringatan Bencana yang Cepat

Dicari: Sistem Peringatan Bencana yang Cepat
"Dengan early warning system yang ringkas dan cepat, dampak bencana bisa diminimalisir."
SABTU, 4 DESEMBER 2010, 14:06 WIB
Muhammad Chandrataruna
Puing Resor Macaroni di Mentawai yang disapu tsunami (Antara/ Yudhi Mahatma)

VIVAnews - Indonesia untuk pertama kalinya terlibat dalam ajang bertajuk Hackaton, ajang pengembangan solusi piranti lunak untuk meningkatkan upaya tanggap bencana, mengurangi dampaknya, dan membantu menyelamatkan nyawa.

Selama 4-5 Desember 2010, Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) akan menjadi tuan rumah acara Random Hacks of Kindness tersebut di Jakarta. Jika berminat untuk mengembangkan software tanggap bencana, Anda dapat mengunjungi link berikut ini.

Acara tersebut mendapat dukungan langsung dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah Australia. Pada kesempatan itu, Direktur Pengurangan Risiko Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengutarakan harapannya agar software yang nanti muncul sebagai pemenang bisa diaplikasikan secara nasional.

"Kami mengharapkan adanya sistem informasi yang ringkas. Karena informasi-informasi yang kita inginkan adalah informasi yang sifatnya cepat. Sehingga, jika ada tanda-tanda bencana akan terjadi, distribusi informasi ke tingkat propinsi lalu BNPB dan masyarakat di sekitarnya bisa dilakukan segera," ujar Sutopo di sela jumpa pers, Jakarta, Sabtu, 4 Desember 2010.

"Dengan early warning system yang ringkas dan cepat, dampak dan risiko terkena bencana bisa diminimalisir, setidaknya mengurangi jumlah korban jiwa," tandasnya.

BNPB sempat mengadopsi sistem manajemen bencana berbasis teknologi open sourcebertajuk Sahana. Menggandeng IBM, sistem yang diusung BNPB tersebut memungkinkan pemerintah untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti LSM, organisasi sosial, dan para sukarelawan untuk melaksanakan langkah-langkah terpadu.

Sayang, sistem tersebut tidak berjalan mulus di lapangan. Keterbatasan SDM, pasokan listrik yang terbatas, dan fasilitas yang minim menjadi faktor penyebab.

"Sekarang ini, kalau ada bencana kami kerahkan satuan reaksi cepat ke lokasi dan menyusun perencanaan penanggulangan bencana. Tapi, kalau ada software yang membantu distribusi informasi lebih cepat, dampak dari bencana tersebut tidak terlalu luas," ucapnya. (kd)

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar