VIVAnews – Kekhawatiran dan rasa penasaran akan datangnya hari akhir pada 2012 tiba-tiba merebak menyusul diputarnya film 2012 di berbagai negara. Banyak orang rela antre membeli tiket agar bisa menonton film yang menimbulkan kontroversi tersebut.
Film ini mengacu pada ramalan suku bangsa Maya yang menyebutkan bahwa dunia akan berakhir pada 21 Desember 2012. Kalender mereka didasarkan pada perhitungan akurasi terhadap matahari, planet, bintang bahkan galaksi. Menurut kepercayaan mereka, pergerakan benda-benda langit pada akhirnya akan membuat siklus berulang.
Menurut hitungan astrologi versi mereka, matahari akan berada tepat sejajar dengan pusat galaksi. Akibatnya terjadi berbagai kehancuran di bumi dan menjadi akhir dari seluruh kehidupan di dunia. Kiamat versi mereka pun tiba. Siklus pun berlanjut dengan kehidupan baru yang berbeda.
Sontak ramalan seperti digambarkan di film 2012 menimbulkan kecemasan. Namun, banyak kalangan mengingatkan film ramalan itu tak berdasar karena kiamat bukan di tangan manusia. Meski begitu, banyak orang menekankan agar film ini ditanggapi positif dengan kembali ke agama.
Untuk mengetahui kemungkinan seperti apa yang akan terjadi, jurnalis VIVAnewsmewawancarai Doktor Taufik Hidayat, kepala Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa Barat, salah satu lembaga penelitian tata surya ternama di Indonesia. Meski memuji kalender dan budaya suku Maya, pakar astronomi dari ITB Bandung ini tidak yakin dengan ramalan mereka.
“Risiko bencana memang ada, tetapi tidak dalam skala besar,” kata Taufik dalam interview melalui telepon pada Selasa, 17 November 2009. Dia menjelaskan sejumlah alasan yang memungkinan risiko bencana tersebut bakal terjadi.
Ramalan suku bangsa Maya memperkirakan alam semesta berakhir pada 2012?
Menurut saya, itu hanya siklus kalender saja. Itu sama dengan kalender China dengan siklus 12 tahunan yang mengacu pada perputaran planet Jupiter mengelilingi Matahari. Dari siklus itu, China membuat 12 shio, seperti shio naga, monyet dan lainnya. Kalau kita, memakai kalender internasional yang mengacu pada peredaran Bumi mengelilingi Matahari. Siklusnya 365 seperempat hari, karena itu setiap empat tahun ada tahun kabisat. Nah, suku bangsa Maya memakai patokan benda-benda langit tertentu. Kebetulan, kalender mereka akan berakhir pada 12 Desember 2012. Setelah itu, siklus baru dimulai.
Hanya pergantian siklus kalender saja ...
Itu semacam tahun baru saja. Rasanya kalau dikaitkan dengan bencana sih tidak ya. Tetapi, yang mengagumkan, suku Maya memang memiliki sistem penanggalan yang canggih. Mereka melakukan pengamatan cukup teliti berdasarkan peredaran benda-benda langit. Dalam budayanya, mereka percaya pada satu patokan perhitungan benda-benda langit yang terus menerus mereka amati.
Lantas mengapa 2012 diidentikkan dengan berakhirnya suatu jaman?
Saya kurang tahu. Menurut saya, itu lebih obsesi pada kepercayaan mereka saja. Tetapi, Kerajaan suku bangsa Maya sudah punah sekitar 1000 tahun lalu. Masa jayanya sudah berakhir. Dan, saat berakhir memang banyak bencana. Seperti digambarkan dalam film Apocalypto -- yang berkisah soal rekonstruksi kehidupan suku bangsa Maya – terlihat mereka memiliki ritual aneh, termasuk mengorbankan manusia.
Tampaknya, lebih berat pada kepercayaan ketimbang perhitungan ilmiah?
Kalender suku bangsa Maya ini tak lepas dari urusan ritual. Justru di jaman dulu, kebanyakan orang mengaitkan peristiwa atau bencana dengan kepercayaan dan ritual. Padahal, itu dua hal yang terpisah. Contohnya dulu, ketika ada komet datang dikaitkan nanti akan ada bencana, raja akan dikudeta. Tapi, setelah komet lewat kok tidak ada kejadian. Jadi, lebih pada masalah budaya dan kepercayaan setempat, bukan ilmiah. Jangan lupa, astronomi dan astrologi itu berbeda.
Bagaimana dilihat dari pengamatan astronom, adakah pergerakan di tata surya yang membahayakan kehidupan di bumi?
Jika melihat dari siklusnya, aktivitas matahari memang akan menunjukkan peningkatan aktivitas yang ditandai dengan adanya bintik matahari. Itu bagian dari siklus 11 tahunan. Ada masa 11 tahun aktif dan ada masa 11 tahun tenang. Pada 2007-2009, matahari luar biasa tenang yang ditandai dengan jarangnya ada bintik matahari. Sekarang, masanya memang lepas dari masa tenang menuju aktif dengan mulai terlihatnya bintik matahari dalam dua bulan terakhir. Pada 2012 dan 2013, aktivitas matahari akan mencapai puncaknya.
Apakah peningkatan aktivitas matahari akan menimbulkan bencana bagi bumi?
Saya rasa tidak. Sebab, siklus aktivitas matahari sudah terjadi berkali-kali. Itu sudah terjadi dalam miliaran tahun. Memang, saat aktivitas meningkat yang ditandai dengan bintik banyak akan berpengaruh pada iklim dan cuaca. Misalnya saja pada 2002 saat matahari sedang aktif. Saat itu, ada kemarau agak panjang. Pada 2012 dan 2013 nanti, ada kemungkinan kemarau menjadi panjang dan pola cuaca agak berubah tidak karuan. Namun, sesungguhnya itu alamiah.
Dampak lainnya?
Ketika aktivitas matahari sedang tinggi memang bisa mengganggu sistem komunikasi dan kelistrikan. Itu merupakan imbas dari satelit-satelit buatan manusia di luar angkasa yang bereaksi akibat aktivitas matahari tersebut. Jadi, sinyal gsm bisa terganggu. Itu pernah terjadi New York, Denmark dan beberapa tempat lain. Tetapi, tidak sampai menimbulkan satu bencana yang luar biasa dahsyat atau sangat mengerikan. Jangan lupa, matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan di bumi.
Selain aktivitas matahari yang meningkat, ada perkiraan benda langit akan menabrak bumi pada 2012?
Benda-benda langit seperti asteroid dan meteorid banyak sekali. Setiap saat, setiap detik, atmosfer bumi selalu dibombarbir oleh benda-benda langit, tetapi karena bendanya kecil tidak ada dampak yang terasa. Tetapi, jika benda langit yang jatuh ukurannya besar, maka efeknya bisa sangat berbahaya. Misalnya, meteor yang jatuh dengan ukuran benda berkilo-kilo meter.
Apa pernah bumi kejatuhan meteor sebesar itu?
Jika mengacu pada sejarahnya, bumi memang pernah ditabrak oleh asteroid dengan ukuran raksasa, hingga 10 kilometer. Itu terjadi pada 65 juta tahun silam hingga menimbulkan kawah di Meksiko dan memusnahkan dinosaurus. Tabrakan itu luar biasa besar, menimbulkan gelombang pasang dan tubrukan di bumi. Akibatnya, makhluk-makhluk raksasa seperti dinosaurus mati karena tak bisa sembunyi. Yang bisa sembunyi, seperti kambing, rusa dan makhluk kecil lainnya bisa selamat. Karenanya, jaman setelah itu disebut jaman mamalia.
Bagaimana dengan pantauan astronom sekarang, apakah ada benda langit besar yang mendekat dan akan jatuh ke bumi?
Pergerakan di tata surya ini terus menerus dimoniotor oleh para astronom. Dalam tiga-lima tahun ke depan, tidak ada risiko benda besar bakal jatuh. Yang dimaksud dengan jarak dekat adalah beberapa ratus ribu kilometer dari bumi. Jarak bumi dengan bulan adalah 400 ribu kilometer. Sedangkan, dengan matahari berjarak miliaran kilometer. Itu bisa dilihat setiap hari di website yang terbuka untuk seluruh dunia.
Apa ada kemungkinan benda tersebut tidak terdeteksi?
Ya, mungkin saja tidak terdeteksi. Tetapi kalau jaraknya sudah cukup dekat, kemungkinan terdekteksi. Namun, selalu ada risiko bumi ditabrak dengan meteor besar yang bisa membuat bencana besar. Kalau benda itu melaju dengan kecepatan tinggi, ledakan hantamannya sangat dahsyat. Itu akan membuat bumi bergetar dan dampaknya sangat luas ke penjuru dunia. Bayangkan, saat gunung Krakatau meletus saja membuat benua Eropa yang berjarak ribuan kilometer mengalami musim dingin berkepanjangan. Apalagi, jika ada meteor raksasa jatuh ke bumi. Tetapi, itu tidak ada dalam waktu dekat.
Bagaimana sebaiknya menyikapi film kiamat yang mencemaskan banyak orang?
Semakin sering film kiamat digembar-gemborkan akan membuat orang berminat pada hal yang misterius dan efek ketakutan. Banyak orang khawatir bencana akan datang tiba-tiba. Itu fenomena psikologis. Semestinya, kita tidak perlu terlalu khawatir. Namun bukan berarti risiko tidak ada. Risiko kemungkinan tabrakan ada, tetapi dalam skala tidak besar. Jadi, anggap saja film-film seperti itu sebagai hiburan saja.
Kalau menyikapi bencana yang kerap terjadi?
Sebenarnya, meteor jatuh, gerakan lempeng atau gempa bumi dan lainnya, tidak apa-apa bagi bumi sendiri. Sebab, itu bagian dari siklus bumi karena akan selalu begitu. Kalau tidak ada gempa, bumi justru akan mati dan tidak beraktivitas. Itu menjadi berbahaya karena ada kehidupan dan makhluk hidup di muka bumi. Bahaya karena khawatir ada orang mati.
heri.susanto@vivanews.com
Membuka wawasan ilmu dan teknologi dari kehidupan sehari-hari....expand your mind.
Sabtu, 18 Desember 2010
"Risiko Bencana Ada, Tapi Tidak Besar"
SOROT 58
"Risiko Bencana Ada, Tapi Tidak Besar"
JUM'AT, 20 NOVEMBER 2009, 20:03 WIB
Heri Susanto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar