JAKARTA--Kondisi cuaca sangat panas mulai Maret dan memuncak pada Mei yang dirasakan masyarakat di khatulistiwa disebabkan saat ini matahari sedang bergeser dari selatan ke utara, kata Pakar Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin.
"Pola pemanasan berubah. Wilayah paling panas ada di sekitar khatulistiwa, di Indonesia. Angin cenderung berputar di sekitar wilayah Indonesia. Tidak ada efek pendinginan dari wilayah lain," kata Djamalluddin yang dikonfirmasi dari Jakarta, Senin.
Hal tersebut, katanya, berdampak Maret-April menjadi bulan terpanas. Menurut dia, saat pancaroba dari kemarau ke penghujan yakni pada September - Oktober pun akan menjadi bulan yang panas melebih saat kemarau seperti juga saat pancaroba dari musim penghujan ke kemarau pada Maret-Mei.
Selain itu, kondisi regional juga harus diperhatikan yang kadang memberi efek penguatan, ujarnya. Saat awal April 2010 ada efek gabungan El Nino di Pasifik, Dipole Mode di Lautan Hindia, dan siklus periodik MJO (Madden-Julian Oscillation) aktif yang bersifat menekan pembentukan awan di wilayah Indonesia, ujarnya.
"Efek gabungan itu cenderung mengurangi liputan awan di wilayah Indonesia. Akibatnya pada siang hari kita merasakan panas yang sangat terik," katanya.
Selain itu, ujarnya, ada juga dampak perubahan iklim lokal seperti perubahan tataguna lahan dan aktivitas manusia yang berdampak pada pemanasan kota misalnya pepohonan banyak ditebang berubah menjadi bangunan dan pelataran berlapis semen, maka permukaan bumi menyerap panas lebih efektif. "Panas tersebut dipancar lagi ke atas sebagai gelombang panas inframerah. Sebagai fenomena sesaat, kita bisa merasakan perbedaan panas di wilayah yang masih banyak pohonnya dan wilayah yang tanpa atau sedikit pohonnya," katanya.
Ia menambahkan, pemanasan itu bukan hanya sesaat karena ada proses lanjutannya di mana panas itu tersimpan. Sebenarnya pancaran gelombang panas itu bermanfaat menghangatkan bumi saat matahari sudah terbenam, tetapi karena bertambahnya gas karbondioksida (CO2) di udara perkotaan akibat kendaraan bermotor dan industri serta aktivitas manusia lainnya, maka lebih banyak panas yang ditahan.
"Karbon dioksida memang bersifat menyerap inframerah yang berarti menahan panas. Akibatnya kota semakin panas," katanya. Ia membantah berita yang dikirim secara berantai melalui pesan singkat mengenai matahari yang sedang pada titik terdekat dengan bumi sehingga meningkatkan suhu bumi sebesar empat derajat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar