BANDUNG, KOMPAS.com - Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bersama peneliti dari Jepang melakukan penggalian untuk mengambil sampel tanah di areal kawasan Patahan Lembang, Kamis (22/10). Menurut peneliti dari Pusat Geoteknologi LIPI Eko Yulianto, penggalian yang dilakukan dengan menggunakan bor khusus milik LIPI ini bertujuan mengumpulkan data mengenai rekaman gerakan Sesar Lembang selama 40 ribu tahun terakhir ini.
"Target kedalaman pengeboran adalah 40 meter. Semakin dalam, maka semakin banyak data yang bisa kami peroleh," ucap paleoseismolog ini ditemui di sela-sela penggalian. Penggalian itu dilakukan di tanah lapang bekas endapan rawa di kawasan Perumahan Grha Puspa Bandung. Perumahan Grha Puspa, Lembang adalah salah satu areal perumahan yang berada cukup dekat dengan Patahan Lembang. Selain perumahan ini, disebut-sebut terdapat perumahan lain yang berada di dekat Patahan Lembang macam Trinity, bahkan juga wilayah Observatorium Bosscha.
Menurut Eko, penggalian yang dilakukan selama 3-4 hari ini akan melengkapi penelitian sebelumnya. Tahun lalu, LIPI telah mengambil sampel tanah di lokasi yang tidak jauh berbeda. Namun, saat itu, penggalian hanya tiga meter. Dari sini hanya bisa diperoleh catatan gerakan gempa 3.000 tahun terakhir.
"Selain penggalian tanah, LIPI dan lembaga riset lain sebelumnya juga telah menempatkan alat global positioning system untuk memantau gerakan terkini dari Patahan Lembang. Namun, ini butuh waktu yang sangat lama karena karektirstik pergerakannya (Patahan Lembang) yang sangat lambat," ucapnya.
Dalam kesempatan ini, paleoseismologi dari Pusat Riset Gempa Badan Survei Geologi Jepang, Yasuo Awata yang datang bersama Eko menuturkan, panjang Patahan Lembang diprediksi mencapai 27 kilometer. Angka ini sedikit berbeda dengan hasil pengamatan Eko, yaitu 22 kilometer. Patahan tersebut terbentang mulai dari Manglayang hingga wilayah Parongpong, Lembang.
Lazimnya patahan lainnya, ucapnya, Patahan Lembang ini juga menyimpan potensi gempa yang tidak bisa disepelekan. Yasuo datang ke Bandung atas kerjasama Proyek Pengurangan Bahaya Multidisiplin Gempa dan Vulkanik di Indonesia yang diadakan JICA, LIPI dan Kementrian Ristek.
Isamu Kuboki, koordinator proyek ini mengatakan, sosialisasi mengenai potensi ancaman gempa patahan menjadi sebuah tantangan besar bagi LIPI maupun pemerintah. "Wajar jika pertama disosialisasikan, banyak warga yang panik atau takut. Belum lagi, resistensi yang ditimbulkan dari aspek kepentingan ekonomi," ucap warga Jepang ini.
Secara terpisah, Wakil Direktur PT Antar Griya Sentosa Sinkonia Trifena mengatakan, selaku pengembang Grha Puspa, pihaknya bersikap terbuka dan ikut mendukung riset Patahan Lembang yang dilakukan LIPI. Untuk mengurangi resiko jika betul terjadi gempa, ia mengatakan, seluruh rumah di Grha Puspa diimbau keras agar memakai tiang pancang hingga kedalaman 12-20 meter.
"Ini bertujuan untuk memperkuat pondasi gempa. Karena, dahulu, yang kita takuti di Lembang ini kan dekat gunung aktif," ucap Trifena.
Membuka wawasan ilmu dan teknologi dari kehidupan sehari-hari....expand your mind.
Sabtu, 24 Oktober 2009
LIPI-Jepang Ambil Sampel Lapisan di Patahan Lembang
LIPI-Jepang Ambil Sampel Lapisan di Patahan Lembang
Eko Yulianto dengan latar belakang bukit yang menjadi bagian Patahan Lembang di Parongpong menjelaskan bahwa rawa seperti di dekatnya terbentuk saat patahan bergerak sehingga menghasilkan cekungan yang kemudian terisi air hujan.
Artikel Terkait:
KAMIS, 22 OKTOBER 2009 | 20:26 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Yulvianus Harjono
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar