Minggu, 11 Oktober 2009

Beli Sembarang PC? Awas Kena 80% Biaya 'Siluman'

Senin, 15/06/2009 06:59 WIB

Beli Sembarang PC? Awas Kena 80% Biaya 'Siluman'
Tim - detikinet

Bincang Sore detikINET - Lenovo


Jakarta
- Mengurangi peran TI di saat ingin memajukan bisnis perusahaan rasanya bukan tindakan yang tepat. Namun, jika kondisi keuangan perusahaan memaksa demikian, langkah bijak apa yang sebaiknya diambil dalam membuat keputusan?

Pertanyaan besar ini kiranya yang menyelimuti benak 70-an peserta yang hadir dalam acara Bincang SoredetikINET - Lenovo Indonesia dan Intel Indonesia Corporation bertajuk 'Cost Management: Weathering the Economic Storm'.

Peserta yang mayoritas datang dari kalangan manajer TI itu nampak tak sabar menunggu jawab. Dan akhirnya, rasa penasaran mereka terbayar juga ketika Sarwani Dwinanto, IT Infrastucture Manager detikcom, mulai membagi pengalamannya dalam mengelola portal berita terbesar di Indonesia ini.

Sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan TI di detikcom, tugas Sarwani jelas tidaklah mudah. Terlebih di saat harus berhadapan dengan opsi yang kurang menyenangkan, misalnya: anggaran TI yang dikurangi 10%. Padahal, anggaran itu dibutuhkan untuk mengembangkan produk bisnis baru.

Dengan kondisi krisis ekonomi seperti ini, tak ada pilihan lain selain menyikapinya dengan langkah bijak. Untuk menghentikan sejumlah proyek, jelas tak mungkin. Pemasukan perusahaan justru datang dari proyek tersebut.

Sarwani pun akhirnya membentuk tim IT khusus untuk riset kecil-kecilan demi menghemat pengeluaran kantor. "Informasi sekecil apapun sangat berguna. Knowing is the best policy," kata pria yang sempat ditaksir Google karena kemampuannya mengelola detikcom dengan biaya TI rendah.

Dari informasi yang ia kumpulkan, akhirnya datang pada sebuah kesimpulan tentang perlunya memilih perangkat komputer "Green IT" yang hemat listrik, punya jaminan purna jual, dan lisensi vendor tunggal untuk satu jalur akses maintenance.

Biaya 'Siluman'

Kebutuhan Sarwani untuk menghemat pengeluaran TI perusahaan ternyata juga menjadi pemikiran Sandy Lumy dan Azis Wonosari dari Lenovo Indonesia. Kata mereka, hal ini lumrah dirasakan para pengambil keputusan. Anggaran berkurang namun tuntutan untuk meningkatkan produktivitas terus bertambah.

"Namun jangan sampai terjebak. Jangan sampai niatnya ingin menghemat namun belakangan biayanya justru jadi membengkak," kata Azis mengingatkan. Hal semacam ini yang kerap tak diperhatikan para pengambil keputusan. Contohnya, saat membeli perangkat komputer PC untuk perusahaan.

"Tahukah Anda, biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan komputer dan software cuma awalan saja, baru 20 persennya. Sementara 80 persennya adalah biaya terselubung seperti biaya operasional pengguna, administrasi, aplikasi, perawatan, sampai konsumsi tenaga listrik," sambung Sandy.

Agar belakangannya tidak tekor saat kena 80% biaya 'siluman', Sandy dan Azis menyarankan peserta untuk cerdas memilih produk "Green IT" yang secara signifikan bisa menghemat konsumsi listrik.

"Kami di tim IT sudah menggunakan Lenovo. Selain hemat listrik, ternyata secara fisik perangkatnya juga kuat. Contohnya notebook saya ini pernah jatuh dari motor tapi masih baik-baik saja sampai sekarang," jelas Sarwani tentang produk yang dipilihnya.

Testimoni dari Sarwani ternyata membuat para peserta penasaran dan bertanya-tanya tentang produk-produk yang dimiliki Lenovo. Di akhir acara, Lenovo juga berbaik hati membagikan sejumlah doorprize di mana puncaknya ialah netbook Lenovo S10.


( rou / rou )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar