VIVAnews - Abu vulkanik Gunung Merapi yang menempel di Candi Borobudur bersifat asam korosif sehingga membahayakan kondisi batu candi tersebut. Untuk menghilangkan kandungan asam di batu candi tersebut, pihak Balai Konservasi Peninggalan Borobudur melakukan pemberishan abu itu dengan menyemprotkan zat kimia natrium bikarbonat.
Berdasarkan pantauan di Candi Borobudur, hampir semua bangunan candi dan area sekitarnya tertutup abu vulkanik yang cukup tebal. Menurut Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Marsis Sutopo, ketebalan abu vulkanik yang menempel di Candi Borobudur cukup tebal mencapai 2,5 cm.
“Abu Merapi yang menempel kali ini merupakan yang paling tebal dibandingkan hujan abu sebelumnya. Saya juga tanya kepada pegawai balai ini yang sudah tua-tua dan mereka bilang abu saat ini yang paling tebal,” kata dia dihadapan wartawan, Kamis, 11 Nopember 2010.
Menurut dia, abu vulkanik tersebut mempunyai sifat korosif yang sangat merusak. Sifat merusak ini terlihat dari dari contoh pagar teralis candi yang belum lama dicat namun terkena hujan abu tersebut langsung berkarat.
“Dengan pertimbangaan seperti itu. Bagaimana kita menghilangkan sifat korosif yang menempel di batu. Kalau disemprot dengan air tidak bisa, nanti justru abu itu akan semakin masuk ke pori-pori batu. Oleh sebab itu, kita mencoba menggunakan zat kimia penetralisir sifat asam korosit itu yakni natrium bikarbonat,” ujarnya.
Direktur Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Yunus Satrio Atmaja, menambahkan, permukaan batu candi memiliki lubang-lubang kecil. Sehingga, jika hanya disemprot air saja, justru abu yang sangat lembut itu akan masuk. “Jika masuk, maka sifat abu yang korosif ini akan merusak batu candi tersebut,” kata dia.
Sehingga zat kimia natrium bikarbonat pun dibutuhkan untuk proses pembersihan sifat asam yang menempel pada abu Merapi ini. “Natrium bikarbonat adalah sejenis soda. Ini jika disemprotkan akan menetralisir asam korosit tersebut. Natrium bikarbonat juga mudah diperoleh di pasaran,” kata dia.
Untuk proses pembersihan tersebut, lanjut dia, pihaknya membawa berbagai macam peralatan dari Jakarta sebanyak satu truk. Alat-alat itu meliputi, generator, spray, cetok, masker dan kacamata. “Proses pembersihan ini membutuhkan waktu cukup lama, minimal satu Minggu. Total biaya untuk membeli peralatan mencapai Rp 100 juta,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Balai Konservasi Peninggalan Candi Borobudur, Nahar Cahyandaru, menyebutkan pemakaian zat kimia natrium bikarbonat telah melalui proses konsultasi dengan pihak dosen jurusan MIPA UGM Yogyakarta. Menurut dosen tersebut zat kimia tersebut lazim digunakan untuk proses konservasi loga, batu dan lainnya.
“Ketersediaan bahan kimia ini cukup banyak selain itu, juga tidak bahaya. Namun, setelah pemakaian zat kimia tersebut, apabila status Merapi sudah diturunkan dan tidak terjadi hujan abu vulkanik lagi, akan dilanjutkan dengan proses menyiram air sebanyak-banyaknya di semua bagian candi. Ini dilakukan untuk menghilangkan senyawa kimia tersebut,” ujar dia.
Selanjutnya, ia menerangkan, setelah proses penyemprotan zat natrium karbonat yang berkadar 1 persen rata di semua stupa yang berjumlah 72 buah tersebut. Proses berikut adalah menutupi bangunan candi tersebut dengan terpal plastik.
Laporan Fajar Sodiq | Magelang
Membuka wawasan ilmu dan teknologi dari kehidupan sehari-hari....expand your mind.
Kamis, 11 November 2010
Ini Cara Enyahkan Abu Merapi di Borobudur
Ini Cara Enyahkan Abu Merapi di Borobudur
KAMIS, 11 NOVEMBER 2010, 14:39 WIB
Arfi Bambani Amri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar