JAKARTA, KOMPAS.com - Ekor badai tropis yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia cenderung makin panjang. Dampak makin panjangnya ekor badai ini antara lain timbulnya hujan lebat disertai angin kencang dan petir serta tingginya gelombang laut.
”Semakin panjangnya ekor badai ini diusulkan masuk kajian Panel Internasional Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim atau IPCC,” kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian, Minggu (1/11) di Jakarta.
Edvin menjadi Ketua Delegasi Indonesia dalam sidang ke-31 IPCC di Nusa Dua Bali, 26-29 Oktober 2009. Pertemuan itu untuk mempersiapkan garis besar buku kajian IPCC (Assesment Report) V yang akan diterbitkan IPCC pada tahun 2013 untuk kelompok bidang basis ilmiah. Adapun tahun 2014 untuk kelompok bidang dampak, adaptasi, dan kerentanan, serta kelompok bidang mitigasi perubahan iklim.
”Badai tropis di wilayah utara perairan Indonesia dikatakan sebagai daerah netral, frekuensinya relatif tetap. Namun, kita mempersoalkan kecenderungan dampak ekor badainya yang makin bertambah panjang dan memengaruhi cuaca di wilayah Indonesia,” kata Edvin.
Koordinator Pusat Peringatan Badai Tropis (Tropical Cyclone Warning Center/TCWC) BMKG Fachri Rajab menyebutkan, intensitas badai tropis April-November di utara wilayah perairan Indonesia memiliki rata-rata 25,7 kali berdasarkan data tahun 1968-1990. Tercatat sejak Mei hingga akhir Oktober 2009 di utara wilayah perairan Indonesia telah terbentuk 23 badai tropis (Kompas, 29/10).
Badai Mirinae
TCWC BMKG mengumumkan, badai tropis di wilayah utara perairan Indonesia hingga saat ini masih berlangsung. Badai yang dinamai Mirinae itu pada Minggu (1/11) pagi berada di arah utara-barat laut berjarak 1.200 kilometer Kota Tarakan, Kalimantan Timur, bergerak menjauh dari Indonesia dengan kecepatan 12 knot atau sekitar 23 kilometer per jam.
Kecepatan angin yang ditimbulkan maksimum mencapai 45 knot atau berkisar 85 kilometer per jam. Dampak yang ditimbulkan berupa gelombang laut tinggi di atas 2 meter di Laut Natuna dan Laut China Selatan.
Selain itu, konvergensi atau pengumpulan awan yang berpotensi mendatangkan hujan ringan sampai sedang terjadi di Semenanjung Malaka, di wilayah utara Sumatera, serta Kalimantan. Terjadi belokan angin di perairan Kalimantan bagian barat yang menimbulkan peluang hujan di wilayah itu.
BMKG memprediksi, badai tropis Mirinae tersebut masih akan berlangsung hingga Senin (2/11) ini dalam kondisi yang makin meluruh. Diperkirakan pada Senin pukul 07.00 badai menimbulkan kecepatan angin sampai 65 kilometer per jam. Badai Mirinae bergerak makin menjauh dari Indonesia. (NAW)
Editor: wsn
Sumber : Kompas Cetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar