VIVAnews - PT First Media Tbk, lewat Sitra WiMax memperkenalkan layanan internet kecepatan tinggi berteknologi terkini yakni 4G WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access).
Layanan tersebut dihadirkan satu tahun setelah First Media memenangkan tender layanan pita lebar untuk kawasan Jabodetabek – Banten, dan Sumatera bagian Utara.
Untuk layanan barunya, First Media memasang target pengguna sekitar 100 sampai 150 ribu pelanggan dalam satu tahun ke depan.
“Kami akan menyediakan pilihan layanan internet broadband dengan kecepatan 1, 2, dan 4Mbps,” kata Hengkie Liwanto, Presiden Direktur PT First Media, pada keterangannya, 29 Juni 2010.
Meski saat perkenalan layanan tersebut First Media belum menyebutkan tarif masing-masing layanan yang disediakan, Hengkie mengindikasikan tarif tersebut berkisar antara 100, 200, dan kurang dari 400 ribu per bulan.
“Jika 100 ribu pelanggan memilih layanan dengan tarif sekitar 200 ribu per bulan, maka diharapkan Sitra WiMax akan meraih pendapatan sekitar 20 miliar per bulan,” kata Hengkie.
Sebagai informasi, kata Hengkie, untuk menggelar layanan WiMax, First Media harus membayar front fee sebesar Rp121 Miliar dan Biaya Hak Penggunaan (BHP) atau annual fee sebesar Rp110 Miliar pada pemerintah. “Untuk itu, penting bagi First Media untuk dapat memperluas layanan WiMax kami dan melayani semakin banyak pelanggan,” ucapnya.(np)
Membuka wawasan ilmu dan teknologi dari kehidupan sehari-hari....expand your mind.
Selasa, 01 Maret 2011
Sitra Ditarget Rp20 M/Bulan dari WiMax
WiMax Digelar Komersial di Jabodetabek

VIVAnews - Setelah melewati masa uji coba sejak September 2010 lalu, Sitra, operator jaringan 4G WiMax akhirnya menyediakan layanannya secara komersial. Anak perusahaan PT First Media yang memenangi tender WiMax untuk kawasan Jabodetabek-Banten dan Sumatera bagian utara itu menyediakan paket khusus (Limited Edition) untuk 5.000 pelanggan.
Pada paket yang ditawarkan dengan harga Rp299 ribu per bulan tersebut, pelanggan sudah mendapatkan customer premise equipment (CPE) atau modem 4G WiMax.
“Untuk koneksinya, pelanggan akan mendapatkan akses internet dengan kecepatan yang dijanjikan stabil di kisaran 1,5Mbps,” kata Rosari Soendjoto, Public Relations Manager Sitra WiMax di Jakarta, 1 Maret 2010. “Adapun kuota pemakaian yang disediakan adalah 50GB per bulan,” ucapnya.
Kecepatan rata-rata atau average likely speed di sini artinya Sitra menjamin bahwa setidaknya pelanggan bisa terkoneksi ke internet pada kisaran kecepatan tersebut.
“Kami mempelajari pengalaman yang didapatkan pengguna internet broadband Indonesia dari produk yang mereka gunakan selama ini pada umumnya,” kata Jerome Teh, Chief Marketing Officer Sitra. “Garansi 14 hari uang kembali dan memberikan produk yang menawarkan kecepatan rata-rata merupakan jawaban input dari pengguna,” ucapnya.
Jerome menyebutkan, kecepatan teoritis dengan nilai besar sering kali dimanfaatkan oleh operator untuk menarik pelanggan sebesar-besarnya. “Padahal dalam kenyataannya, pelanggan tidak pernah mendapatkan kecepatan layanan yang mencapai nilai tersebut,” ucapnya.
“Ini merupakan solusi atas keraguan pengguna broadband terhadap kecepatan teoritis yang sering disebut dengan istilah up to yang biasa ditawarkan oleh operator 3G di Indonesia saat ini,” ucapnya.
Singkatnya, Jerome menyebutkan, melalui konsep average likely speed ini, Sitra mencoba menawarkan produk yang mampu memenuhi ekspektasi pengguna internet broadband Indonesia untuk kecepatan dan reliabilitas kualitas layanan.
Sabtu, 25 Desember 2010
Akhirnya, WiMax dan LTE Boleh Disebut 4G
Akhirnya, WiMax dan LTE Boleh Disebut 4G
Wicak Hidayat - detikinet

ilustrasi (cc/madcat87)
Demikian hasil World Radiocommunication Seminar 2010 yang digelar International Telecommunication Union (ITU) seperti dikutip detikINET dari Cellular-News, Kamis (23/12/2010).
Teknologi 4G adalah mereka yang tercakup dalam IMT-Advanced. Dalam pernyataannya, ITU mengatakan bahwa LTE-Advanced dan WirelessMAN-Advaced layak dimasukkan dalam IMT-Advanced.
Lebih lanjut, ITU juga mengatakan bahwa sebutan 4G boleh dikenakan oleh teknologi yang mengarah ke IMT-Advanced. Dalam hal ini yang dimaksud adalah LTE, WiMax dan hal lain yang mendongkrak kemampuan 3G secara signifikan.
Dampak yang bisa terjadi adalah, banyak penyedia jaringan dan operator telekomunikasi akan memasarkan layanan mereka sebagai 4G. Contohnya, T-Mobile di Amerika Serikat menyebut jaringan HSPA+ mereka sebagai 4G.
( wsh / wsh )
Rabu, 23 Desember 2009
Wimax Tidak Bisa Full Mobile Broadband
Wimax Tidak Bisa Full Mobile Broadband
Achmad Rouzni Noor II - detikinet

Kepala Pusat Informasi Depkominfo Gatot S Dewa Broto menegaskan demikian. Sebab, operator pemiliklisensi broadband wireless (BWA) di pita 2,3 GHz hanya mendapat izin penyelenggaraan data di area terbatas.
"Mereka tetap berhak menyelenggarakan mobile broadband, namun hanya di lingkup terbatas seperti FWA (fixed wireless access). Tidak seperti seluler yang bisa antarkota," jelasnya kepada detikINET, Senin (7/12/2009).
Itu sebabnya, pemerintah lebih memilih untuk menetapkan kebijakan penggunaan perangkat Wimax Nomadic 16.d untuk fixed wireless broadband dibanding Wimax Mobile 16.e untuk full mobile broadband.
Pembatasan area layanan ini disambut antusias oleh operator seluler dalam Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) yang menginginkan Wimax tidak full mobile broadband.
Ketua ATSI Sarwoto Atmosutarno berharap layanan mobile broadband sepenuhnya diserahkan penyelenggaraannya kepada operator seluler berbasis 3G, HSDPA, HSPA, LTE dan operator FWA nasional dengan teknologi CDMA-EVDO.
"Kondisi seperti ini sudah ideal. Jangan diubah lagi business plan-nya. Wimax memang seharusnya hanya jadi komplemen, tidak untuk full mobile broadband," tandasnya.
Wimax sendiri akan mulai diselenggarakan tahun depan oleh perusahaan pemenang tender BWA yang telah memenuhi kewajibannya. Sejauh ini perusahaan itu adalah Telkom, Indosat Mega Media (IM2), First Media, dan Berca Hardayaperkasa.
( rou / wsh )
2010, Tahunnya Wimax atau LTE?
2010, Tahunnya Wimax atau LTE?
Wicak Hidayat - detikinet

Mochammad Irzan (wsh/inet)
Menilik layanan yang dimiliki operator telekomunikasi nirkabel, saat ini layanan berbasis 3G --dan hasil peningkatan dari itu-- masih jadi produk andalan yang cukup 'bergengsi'. Tengok saja beberapa operator yang saling klaim kemampuan jaringan mereka.
Nah, memasuki 2010, apakah 3G masih akan jadi primadona? Padahal teknologi lain penerus 3G sudah mulai terdengar gaungnya, terutama Wimax dan LTE.
Mochammad Irzan, Senior Technical Consultant, Juniper Networks, saat berbincang dengan beberapa media di Gran Melia, Jakarta, mengaku masih menunggu penyedia layanan berbasis Wimax untuk muncul di 2010. Toh, ujarnya, beberapa pihak sudah mengantungi lisensi dari pemerintah.
Irzan mengatakan, Wimax bisa dimanfaatkan untuk dua hal: pertama sebagai koneksi langsung ke pengguna akhir dan kedua sebagai koneksi back haul yang digunakan operator.
"Kalau dijual langsung ke pengguna, yang saya ingin lihat adalah berapa harga yang mereka tawarkan. Kalau bisa lebih murah dari yang ada sekarang, itu bisa rame," ujarnya.
Jika pun nantinya hadir untuk pelanggan akhir, penyedia Wimax perlu memperhatikan pesaingnya yang notabene adalah pemain-pemain veteran para operator telekomunikasi seluler.
Di sisi lain, Wimax bisa dimanfaatkan sebagai backhaul untuk membantu operator seluler yang ada. Kapasitasnya yang cukup besar memungkinkan Wimax digunakan untuk keperluan itu. Apalagi mengingat kemampuan jaringan nirkabel operator seluler yang terbatasi oleh frekuensi.
Nah, bagaimana soal Long Term Evolution (LTE). Teknologi yang disebut-sebut sebagai penerus 3G, alias 4G, itu menurut Irzan masih belum akan datang ke Indonesia pada 2010.
"LTE di Indonesia mash 2 atau 3 tahun lagi. Operator di negeri kita masih wait and see," Irzan menandaskan.
( wsh / wsh )
Minggu, 11 Oktober 2009
Wimax Diprediksi Tak Akan Jadi Besar
Wimax Diprediksi Tak Akan Jadi Besar
Wicak Hidayat - detikinet

wimax (ist)
Jakarta - Teknologi internet nirkabel Wimax diprediksi tak akan menguasai pasar. Wimax hanya akan mengisi ceruk-ceruk kecil saja.
Demikian prediksi dari konsultan telekomunikasi Ovum dalam keterangan tertulis yang diterimadetikINET, Senin (12/10/2009).
Wimax disebut tak berhasil meraih sukses di pasar yang sudah matang seperti Eropa, Amerika Utara dan sebagian Asia. Sedangkan di pasar yang sedang berkembang, Wimax disebut juga hanya akan mengisi ceruk-ceruk kecil.
Pasar berkembang yang dimaksud mencakup Indonesia. Secara umum yang dimaksud adalah negara-negara Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin, Timur Tengah dan sebagian Asia Pasifik yang masih berkembang.
Angel Dobardziev, Practice Leader Ovum, menyatakan ada beberapa faktor yang menghalangi pertumbuhan Wimax. Faktor-faktor itu adalah: biaya teknologi, cakupan, dukungan vendor dan pilihan penyelenggara layanan.
Namun Dobardziev mengatakan bukan berarti tak akan ada jarigan Wimax. Justru jaringan itu akan ada banyak, namun dengan jumlah pelanggan yang terbatas.
"Dua per tiga dari 300-an lebih jaringan Wimax global akan berada di pasar berkembang," ujarnya.
Saat ini penyelenggara Wimax terbesar adalah Scartel di Rusia, yang pada Agustus 2009 telah mencapai 100.000 pelanggan. Menyusul kemudian Packet One, Malaysia, yang mencapai 80.000 pelanggan di periode yang sama.
"Kami meramalkan, Wimax hanya akan mencakup kurang dari 5 persen dari 1.5 miliar pengguna broadband, baik fixed maupun mobile, di pasar berkembang pada 2014," tandasnya.
( wsh / faw )