VIVAnews - Peneliti di Fermilab baru-baru ini menemukan sebuah partikel yang selama ini belum pernah dijumpai sebelumnya.
Walaupun partikel ini bukan merupakan Higgs Boson, yang selama ini dicari-cari oleh para fisikawan, namun penemuan ini ditengarai merupakan sebuah bukti baru adanya partikel baru di alam.
Seperti dilansir dari MSNBC, peneliti menemukan partikel ini melalui alat pemecah atom Tevatron di laboratorium fisika Fermilab, di Batavia Illinois Amerika Serikat.
Saat mereka menubrukkan elektron dan antiproton melalui jalur cincin sepanjang 4 mil dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya, ternyata terbentuk sebuah pancaran partikel dengan energi massif hingga 144 giga electron volt (GeV).
Selama ini tidak ada partikel yang memiliki energi sebesar itu. Partikel Higgs Boson, yang diyakini sebagai partikel paling elementer dari sebuah benda, dan memberi massa kepada partikel lainnya, diprediksi cuma memiliki energi 115 sampai 185 GeV.
Namun pola partikel ini tidak mirip dengan ciri partikel Higgs Boson yang disepakati oleh para ahli. "Bila ini benar-benar merupakan sebuah partikel baru, ini tidak bisa dijelaskan dengan model standar yang berlaku," kata Pierluigi Catastini, salah satu peneliti yang melakukan penemuan ini.
Oleh karenanya, kata Catastini, mereka membutuhkan sebuah model baru untuk menjelaskan pola partikel baru ini.
"Seluruh dunia Fisika terkejut dengan hasil ini," ujar David Kawall, dari University of Massachusetts Amherst, seperti dikutip dari situs LiveScience. Hal yang sama dikatakan oleh Michael S Turner, Direktur Kavli Institute for Cosmological Physics dari University of Chicago.
Menurut Turner, penemuan ini merupakan penemuan besar. "Ini merupakan penemuan yang tak disangka yang bisa mengubah Fisika energi tinggi dan kosmologi," kata Turner.
Namun, tak semua peneliti setuju. Sheldon Stone, peneliti dari Syracuse University, mengatakan bahwa penemuan itu masih belum cukup memiliki data. " Saya tidak percaya. Penemuan itu sangat tergantung pada detail latar belakang percobaan, dan perubahan kecil saja bisa merubah semua hasil tersebut," kata dia.
Namun, signifikansi statistik dari data percobaan sudah melampaui tiga deviasi standar. Ini berarti kemungkinan penemuan ini hanya merupakan anomali acak, yakni lebih kecil dari seperseribu. Oleh karenanya, penemuan ini bisa dibilang signifikan, walaupun belum bisa dikonklusikan.
Bila pengukuran lebih jauh sudah dapat ditentukan, dan polanya telah memenuhi lima deviasi standar, sudah pasti, akan lebih banyak fisikawan yang mengakui penemuan ini. (umi)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar