Internet Serat Optik Terhambat Perizinan
Achmad Rouzni Noor II - detikinet
(Ist)
Jakarta - Dibanding internet nirkabel, akses internet lewat kabel, khususnya serat optik ke rumah-rumah (fiber to the home/FTTH) lebih sulit dinikmati pelanggan di Indonesia. Padahal, biaya pembangunan kabel optiknya cuma Rp 5-7 juta per kilometer.
Menurut Vice President Marketing and Support Biznet Networks, Endra Leonardy, biaya Rp 5 hingga 7 juta itu sudah termasuk untuk kabel dan kontraktor yang menggali dan memasangnya. Namun itu belum termasuk perizinannya.
"Nah, perizinan itu yang bikin mahal. Biayanya bisa lebih dari lima kali lipatnya. Tiap kelurahan saja bisa beda-beda harganya. Itu untuk yang di outer ring saja, bagaimana dengan yang di ring satu seperti pusat Jakarta," keluhnya kepada detikINET di Cityloft, Jakarta, Senin (12/7/2010).
Itu sebabnya, meski Biznet sudah hadir sejak 10 tahun yang lalu, serat optik FTTH yang dimiliki baru sepanjang 1.400 km di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Bali. Hingga akhir 2010, Biznet akan bangun kabel optik 600 km lagi. Sebagian besar di Jakarta dan Bali.
Di Jakarta sendiri, kata Endra, jaringan serat optik Biznet telah menjangkau 14 gedung di pusat perkotaan serta 61 dari 88 kelurahan yang ada di Jakarta. "80% jaringan kami ada di Jakarta," katanya.
Endra sendiri mengaku tak tahu pasti investasi yang dikeluarkan untuk membangun serat optik tahun ini. "Setiap kami dapat profit, kami langsung bangun lagi. Jadi tidak ada alokasi khusus," katanya.
Saat ini, Biznet yang lebih memilih untuk membangun pasar pelanggan internet serat optik ketimbang nirkabel lewat WiMax, telah memiliki 15 ribu pelanggan UKM dan korporat. Untuk ritel, perusahaan itu memiliki 3.000 pelanggan personal rumahan.
( rou / rns )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar