Sabtu, 21 Agustus 2010

LAPAN: 'Meteor' Cirebon Sangat Janggal

LAPAN: 'Meteor' Cirebon Sangat Janggal
Semestinya, setelah melewati lapisan atmosfer, meteor justru akan mengalami pendinginan.
SABTU, 21 AGUSTUS 2010, 14:01 WIB
Indra Darmawan
Benda diduga meteor di Wisconsin, Amerika Serikat (AS) (AP Photo/University of Wisconsin-Madison Department of Atmospheric and Oceanic Sciences)

VIVAnews - Dugaan terhadap adanya meteor jatuh, yang terjadi pada Rabu malam 18 Agustus 2010, di komplek pabrik gula Tersana Baru, Babakan, Kabupaten Cirebon Jawa Barat sempat menggemparkan masyarakat sekitar.

Namun, setelah Lembaga Penerbangan dan Antaraiksa Nasional (LAPAN) melakukan penelitian mendalam mengenai peritsiwa itu, LAPAN berkesimpulan bahwa obyek tersebut bukanlah meteor sebenarnya.

"Sifat-sifat material lempengan beku yang didapat di lokasi tidak menunjukkan bahwa benda itu adalah meteor," kata Profesor Dr. Thomas Djamaludin, ahli Riset Astronomi Astrofisika LAPAN, kepada VIVAnews, Sabtu 21 Agustus 2010.

Lebih jauh, Djamal juga menyibak beberapa fakta yang memupuskan dugaan bahwa obyek tersebut adalah meteor. Pertama, tidak ditemukan adanya indikasi bekas tumbukan keras di lokasi, melainkan hanya tanah datar yang berpasir di atasnya.

Sementara, sebuah meteorit setidaknya akan jatuh ke bumi dengan kecepatan 70 km per detik, dan biasanya akan menimbulkan lubang karena kecepatan itu membuatnya menumbuk bumi dengan keras. "Padahal di lokasi kejadian, tanahnya bukan tanah keras," kata Djamal.

Yang kedua, tidak ada saksi mata yang dijumpai di lokasi, yang bisa menjelaskan arah jatuhnya benda yang diduga meteor itu.

Berikutnya, sampel ditemukan di lokasi, tidak menunjukkan sifat magnetik dan materialnya sangat rapuh. Beberapa sifat fisik pada sampel justru menunjukkan bukti kuat bahwa 'meteor' itu hanya belerang biasa yang terbakar.

Yang terakhir, 'meteor' itu dikabarkan mengeluarkan cahaya seperti terbakar. Padahal, kata Djamal, secara astronomi, tidak ada meteorit yang meleleh atau menghasilkan api.

Sebuah meteor memang bisa terbakar akibat gaya gesek yang ditimbulkan oleh lapisan atmosfer pada ketinggian 100-120 km di atas permukaan bumi. Namun, kata Djamal, setelah memasuki ketinggian 20-30 km benda angkasa itu akan jatuh bebas dan justru mengalami pendinginan.

Jadi, walaupun meteor tersebut sempat terbakar di lapisan atmosfer, ia cenderung mengalami pendinginan. Sehingga sangat kecil kemungkinan untuk meleleh atau bahkan terbakar. "Bagi kami sangat janggal bila meteor sampai-sampai mengeluarkan api," Djamal menuturkan.

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar