Mampu Mendengar Saat Bising Itu Berkat Peran Otak
Merry Wahyuningsih - detikHealth
Ilustrasi (Foto: infovisual)
Tim dari Deafness Research Inggris di University College London (UCL) Ear Institute, melihat kemampuan otak untuk fokus mendengarkan pembicara tunggal dengan latar yang bising, tetapi juga memberikan respons bila ada orang yang memanggil namanya.
Peneliti menemukan bahwa otak memainkan peran yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya dalam proses pendengaran. Diharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi penderita tuna rungu dan gangguan pendengaran.
Vivienne Michael, kepala eksekutif Deafness Research UK, mengatakan bahwa para ilmuwan tertarik mempelajari bagaimana pusat sistem pendengaran dapat mengatasi lingkungan yang bising.
Tantangan yang besar untuk penelitian dalam dekade berikutnya adalah meningkatkan kinerja perangkat dari implan koklea atau penanaman rumah siput di dalam daun telinga bagi penderita tuna rungu.
"Kami baru mulai menghargai peran otak," kata Michael, seperti dilansir dari Dailymail, Jumat (19/3/2010).
Menurutnya penelitian ini memberikan harapan baru, tidak hanya untuk meningkatkan kinerja implan dan alat bantu dengar, tetapi juga membantu kehidupan orang-orang yang mengalami gangguan dengar dimanapun.
Tim UCL menggunakan berbagai teknik untuk menyelidiki masalah ini, termasuk rekaman otak, pemodelan komputer, juga neurofisiologi manusia, dengan menggunakan electroencephalogram (EEG) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Penelitian ini terutama bagi mereka dengan satu fungsi telinga yang lebih terganggu dengan kebisingan.
Kemampuan mendengar saat kondisi ribut diyakini karena sistem pendengaran melakukan korelasi silang antara sinyal yang datang ke telinga dan kemudian otak mampu menganalisa pola untuk menentukan sinyal dari sumber suara yang diinginkan.
Otak dideskripsikan sebagai sebuah radio, memilih saluran yang harus diperhatikan dari banyak saluran yang diterima.
Mungkin otak juga memiliki mekanisme sendiri untuk menyeleksi, tergantung pada pentingnya rangsangan suara, seperti adanya tanda peringatan.
Penelitian berikutnya harus berusaha untuk memahami bagaimana menyesuaikan sinyal elektronik dari implan koklea dengan persyaratan otak untuk dapat mendengarkan suara.
(mer/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar